Senin, Agustus 31, 2009

Rahasia Tak Bahagia Jadi Tak Berarti

Ketika apa yang kita inginkan tidak tercapai, maka kita merasa kecewa; rasa tidak bahagia membuat dunia terasa sempit, dan masa depan seakan suram. Kita semua pernah merasa tidak bahagia, tapi apakah harus begitu?


Bahagia dan tidak bahagia adalah masalah perasaan. Pengaruhnya terhadap kita sangat bergantung dengan sudut pandang kita tentang perasaan itu sendiri. Seperti kisah seorang murid yang tidak bahagia berikut ini.


Suatu hari Si Maha Guru melihat seorang muridnya sedang duduk di bawah pohon, di tepi sebuah danau. Raut wajahnya tampak murung, dan garis bibirnya menunjukkan bahwa perasaanya sedang tidak bahagia. Si Maha Guru mendekatinya, dan bertanya, “Wahai muridku, maukah kau kuberitahukan cara agar hatimu tidak lagi merasa sedih?”


“Tentu saja, Guru.” Jawab si murid sambil menatap mata gurunya penuh harap.


“Sekarang ambil segenggam garam di dapur, beserta sebuah gelas berisi air, lalu engkau kembali ke sini,” perintah Si Maha Guru kepada muridnya, yang terheran-heran mendengar perintah itu, dan dalam hatinya bertanya. “Apakah segenggam garam bisa menghilangkan rasa sedihku?”


“Ini, Guru,” kata si murid sambil menunjukkan segenggam garam di telapak tangannya dan sebuah gelas berisi air di tangan lainnya kepada Si Maha Guru.


“Sekarang kau taruh garam itu di dalam gelas, lalu kau aduk dan minumlah.”


Si murid melakukan apa yang diperintahkan gurunya. Tentu saja rasa air itu menjadi sangat asin, namun karena takut dimarahi, dia tetap meminumnya sampai habis. Tetapi sedikitpun dia tidak merasakan rasa tidak bahagia di hatinya berkurang, kecuali rasa asin memenuhi mulut dan kerongkongannya.


“Apakah yang engkau rasakan, muridku?” Tanya Si Maha Guru sambil tersenyum melihat wajah muridnya yang berubah kecut.


“Sangat asin Guru.” Jawab si murid singkat sambil terus berusaha mengurangi rasa asin di mulutnya.


Si Maha Guru tertawa kecil. Lalu disuruhnya si murid kembali mengambil segenggam garam di dapur, namun kali ini tidak disuruhnya untuk memasukkan garam itu ke dalam segelas air, tapi dimintanya melemparkannya ke dalam danau di dekatnya.


“Sekarang kamu minumlah air danau itu.” Perintah Si Maha Guru kepada muridnya yang makin terheran-heran, dan berujar di dalam hati. “Tadi aku disuruh minum segelas air bercampur garam, sekarang disuruh meminum air danau.”


Si murid duduk bersujud di tepi danau sambil mendekatkan kepalanya ke air, dan meminum airnya. Setelah seteguk dia minum, diangkat kepalanya dan air menetes dari dagunya, lalu Si Maha Guru bertanya, “Bagaimana rasanya air danau itu? Apakah engkau merasakan asin seperti air di dalam gelas tadi?”


“Tidak, Guru,” jawab si murid. “Rasanya seperti air danau biasa saja.”


Si Maha Guru kemudian duduk di samping si murid, lalu dibelainya kepalanya dengan penuh kasih sayang sambil berkata, “Rasa sakit dalam hidup adalah segenggam garam di tanganmu, tidak lebih dan tidak kurang. Jumlah penderitaan dalam hidup tetap jumlahnya, benar-benar tepat sama. Tetapi jumlah yang kita rasakan tergantung pada besarnya tempat di mana kita memasukkan garam itu. Maka ketika engkau merasakan sakit hati, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah memperbesar hati kita. Ini berarti memperbesar pengertian kita akan hidup. Berhentilah menjadi gelas. Jadikan hatimu seluas danau. Jadilah danau.


Si murid menatap wajah gurunya yang sejuk, dan tersenyum bahagia.

Jangan Kehilangan Iman Ketika Asyik Beribadah di Bulan Ramadhan

Setiap tahun kehadiran Ramadhan selalu disambut umat Islam dengan kegiatan beragam. Ada orang yang sibuk dengan perniagaannya yang semakin ramai di bulan puasa, ada yang sibuk mencari uang untuk mudik dan memberli baju baru untuk keluarga, tetapi ada juga yang mengisi Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.


Bulan Ramadhan sebagai bulan suci, siang atau malamnya, memang seharusnya disemarakkan dengan ibadah-ibadah sunah, seperti shalat tarawih, tadarus Alquran dan dzikir kepada Allah Swt, selain shalat-shalat wajib tentunya. Tetapi perlu diingat dan diperhatikan, keinginan untuk meramaikan bulan suci ini, jangan sampai menjadi ajang kehilangan iman secara beramai-ramai.


Anda pasti kaget dengan uraian di atas. Ada apa dengan ibadah-ibadah di malam Ramadhan, sampai keimanan seorang mukmin bisa hilang?


Nikmatnya beribadah dan kondisi tetangga di sekitar


Setiap hari menjelang berbuka puasa, sebagian dari kita biasanya mempersiapkan beragam makanan yang serba nikmat, dari minuman yang menyegarkan kerongkongan yang kering seharian tidak tersentuh air, sampai bermacam-macam kue atau hidangan makan malam yang menggugah selera.


Ketika beduk magrib sudah tiba, semua makanan dan minuman itu sepertinya mau dihabiskan semua, dan baru berhenti ketika perut sudah mulai terasa sakit dan tidak bisa bangkit lagi untuk shalat Magrib.


Tetapi, apakah kita sudah menyelidiki kondisi tetangga kita? Masih adakah di antara tetangga kita yang hidup tidak berkecukupan, yang mungkin pada saat kita berbuka itu ternyata tidak mempunyai apa pun untuk dimakan? Begitu juga untuk mereka sahur besok pagi? Mereka bukan peminta-minta dan tidak mau melakukannya. Mereka hanya berdiam diri menahan kemiskinan mereka.


Berdosalah kita yang membiarkan kondisi mereka itu, sementara kita makan berlebihan dan hampir tidak bisa beribadah karena kekenyangan. Padahal dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang tidur pada malam hari dengan keadaan perut kenyang sementara tetangganya kelaparan di sebelahnya dan dia mengetahui hal tersebut.” (HR. Thabrani).


Ketika seorang shaimin berbuka, seharusnya merasakan kebahagiaan terbesar sebelum bertemu dengan Tuhannya, ternyata orang yang membiarkan tetangganya kelaparan tersebut harus kehilangan imannya saat itu.


Sehabis berbuka, kaum muslimin beramai-ramai menuju mesjid untuk shalat Magrib dan Isya’ berjamaah, dan kemudian dilanjutkan dengan shalat sunah tarawih. Azan berkumandang dengan indahnya, kemudian orang beramai-ramai shalat dan berdzikir di dalam mesjid, surau atau musholla. Suara keras berkumandang melalui pengeras suara di luar mesjid, memperdengarkan ramainya orang shalat berjamaah, bershalawat, berdzikir dan bertadarus Alquran sampai malam.


Mereka beramai-ramai mencari pahala dan ridho Allah Swt, tetapi ternyata hanya kehilangan iman yang diperolehnya. Kenapa?


Di sekitar mesjid itu banyak terdapat rumah penduduk. Adakah di antara jamaah mesjid itu yang mengetahui dengan pasti bagaimana kondisi para penghuni rumah-rumah itu? Adakah orang tua renta yang perlu beristirahat? Adakah orang-orang sakit yang harus tidur untuk memulihkan kondisinya? Adakah anak-anak bayi yang harus tidur malam itu, sedangkan si ibu pun sudah sepanjang hari berpuasa dan tidak bisa tidur untuk menjaga anak itu? Sementara itu para jamaah memperdengarkan suara keras keluar mesjid sepanjang malam, dari mulai Magrib hingga tarawih selesai.


Padahal dari Abu Syuraih r.a. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya, “Siapa itu, Ya Rasulallah?” Jawab Nabi, “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (H.R.Bukhari)


Semoga Allah Swt menjauhkan kita dari keadaan seperti itu. Amin.

Klasifikasi Tipe Penulis di Wikimu, Anda Termasuk yang Mana?

Tulisan ini adalah hasil observasi saya selama menjadi anggota Wikimu, dengan mengamat-amati setiap gaya tulisan yang muncul setiap harinya. Maunya mengomentari semua penulis yang sering nampang di kolom “anggota favorit” atau “yang paling berguna” atau “yang paling banyak dilihat”, namun karena takut menimbulkan efek tidak mengenakkan, maka dibuat berupa klasifikasi tipe penulis seperti ini.


Klasifikasi ini barangkali tidak lengkap, namun paling tidak mewakili sebagian besar atau mungkin keseluruhan penulis yang pernah tampil di Wikimu. Setiap penulis mungkin saja bertipe banyak atau diklasifikasikan dalam lebih dari satu tipe.


1.Tipe Jentelmen


Ciri khas penulis bertipe ini adalah mengakui dengan jujur kesalahannya, dengan mengucapkan permintaan maaf atas keleliruan yang telah dibuat, baik isi tulisan maupun komentarnya. Dia juga tidak lupa mengucapkan terimakasih atas partisipasi pembacanya, dan sering memberikan apresiasi positif terhadap mereka.


Gaya positif seperti ini disukai banyak orang, tapi juga membosankan. Sebagian besar penulis mencoba bergaya seperti ini, tapi biasanya terjebak juga dan menjadi kehilangan kendali, terutama saat serangan bertubi-tubi berupa kritik-kritik pedas menghujami tulisannya.


2.Tipe Elvis


Tipe penulis ini bak artis terkenal yang mengundurkan diri ketika berada di puncak popularitasnya. Seperti Elvis Presley yang bunuh diri ketika penggemarnya bertambah banyak dan tergila-gila padanya.


Beberapa tulisannya selalu masuk katagori “paling berguna”, atau “paling banyak dilihat” dalam jangka waktu yang lama. Namun entah karena ingin tetap dikenang sebagai pemenang, atau memang sudah kehabisan ide untuk menulis, dia tiba-tiba sangat jarang atau tidak pernah lagi mengirimkan tulisan-tulisannya.


3.Tipe Pengebom


Penulis tipe ini terdaftar sebagai anggota resmi, tetapi seperti pengebom, dia hanya meninggalkan tulisannya tanpa pernah mengusiknya lagi, alias membiarkan komentar-komentar tanpa memberikan tanggapan balik. Diamatinya reaksi pembacanya – korban-korbannya – tapi hanya mendiamkannya sambil mempersiapkan bom lainnya.


4.Tipe Spesialis


Penulis tipe ini bergaya seperti pakar. Setiap tulisannya adalah menunjukkan jati dirinya sebagai seorang yang menguasai bidangnya. Namun harus diakui kalau tipe ini memang ahli, dan biasanya tulisannya berkaitan erat dengan bidang pekerjaannya, hobi tertentu yang digelutinya atau organisasi yang dipimpinnya. Penulis bertipe ini juga biasanya termasuk bertipe maniak.


5.Tipe Penyeludup


Tipe ini tidak pernah terdaftar secara resmi, bahkan identitasnya pun seringkali palsu. Namun karena di Wikimu diperbolehkan bagi siapa saja untuk memberikan kontribusi tulisan, termasuk yang tidak menjadi anggota resmi, maka dia sah-sah saja untuk sesekali berpartisipasi. Tapi disebabkan gayanya seperti penyeludup, dia bisa dengan mudah menghilang dan kemudian muncul lagi, mungkin dengan identitas yang lain.


6.Tipe Kritikus


Tulisannya umumnya berisi kritik, baik mengkritisi penguasa, perilaku orang lain atau tulisan lain. Tipe ini paling bisa mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain, sehingga sering mendapatkan balasan berupa komentar-komentar dari orang yang dikritik atau simpatisannya. Tipe kritikus biasanya kecanduan untuk mengkritik, sehingga kalau dia tidak begitu rajin menulis, dia akan menjadi komentator yang sangat kritis.


7.Tipe Tuan Rumah


Penulis tipe ini seperti seorang tuan rumah, sesekali “say hello” atau memberikan komentar singkat kepada obrolan para tamunya, sambil berkeliling ruangan, atau membuat sebuah cerita seru, kemudian meninggalkan tamunya sibuk berdebat sementara dia mengamati perilaku mereka. Dia sangat menikmati pesta yang diselenggarakannya, dan senang kalau banyak tamu yang datang dan ikut menikmatinya juga.


8.Tipe Novelis


Tipe ini terlihat dari tulisannya, yang sebagian besar bertutur atau bercerita. Dengan memakai gaya penulisan kejadian sehari-hari atau pengalaman teman-temannya. Tokoh cerita sering disamarkan sebagai orang lain, padahal itu adalah dirinya sendiri, atau tokoh khayalan dengan cerita fiksi yang dibuat seakan-akan kenyataan yang terjadi atas dirinya. Penggemar tipe ini biasanya juga penggemar novel.


9.Tipe Momentum


Penulis even atau penulis yang aktif di saat momen tertentu saja. Kemungkinan karena ada misi tertentu, atau juga hanya mood menulis dikarenakan suatu peristiwa yang disukainya. Ada penulis tipe ini yang hanya muncul di saat peristiwa politik yang heboh sedang terjadi, atau menulis untuk menanggapi sebuah tulisan yang sedang menarik minatnya, karena tidak merasa cukup dengan hanya memberikan komentar saja, dia akhirnya menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan.


10.Tipe Maniak


Tipe ini bisa dibedakan dengan jelas dari tipe spesialis, karena tulisannya multi tema alias menulis apa saja. Tidak serupa dengan tipe momentum, karena dia akan menulis kapan saja tanpa kenal momen atau even apa pun, dan jauh dari tipe elvis karena tipe maniak tidak mengenal kata akhir dalam menulis.


Tipe ini tidak akan merasa tahan kalau tidak menulis satu hari saja. Dia biasanya merasa “hampa” apabila melihat pada laman utama tidak tercantum tulisannya. Yang lebih parah lagi, dia akan merasakan “demam” kalau namanya atau fotonya tidak tercantum, minimal pada bagian kolom “anggota favorit”. Tipe ini adalah yang paling disukai oleh Admin Wikimu, seperti tipe spesialis yang biasanya tidak pernah absen menulis.


Kalau masih ada tipe lain silakan saja disebutkan untuk menambah lengkap klasifikasi ini. Salam.

Minggu, Agustus 30, 2009

Rahasia Bahagia Tak Pernah Kering

Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan yang sedang menjadi musafir di dunia ini. Bersekolah, bekerja, membina cinta dan rumah tangga adalah dalam rangka meraih kebagaiaan itu. Titik-titik keringat, helaan nafas, dan otot yang mengeras adalah bukti dari usaha keras kita itu.


Sudahkah anda mendapatkannya? Ataukah kebahagiaan yang serasa sudah di tangan, tiba-tiba lenyap ketika permasalahan hidup belum benar-benar tuntas? Kapan anda benar-benar merasa bahagia yang tidak pernah berkurang kadarnya, dan tidak menguap ke angkasa lalu berganti dengan kesedihan?


Untuk menjawab semua itu, marilah kita simak ilustrasi berikut ini. Semoga hikmahnya membimbing kita untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan sejati yang selalu kita dambakan.


Suatu masa, ada seorang raja yang mempunyai seorang putri dengan kalung berlian cantik yang sangat dicintainya. Kalung itu telah dicuri dan segenap rakyat di kerajaan itu mencari ke seluruh penjuru negeri, tetapi tidak dapat menemukannya. Ada orang yang bilang bahwa seekor burung mungkin telah mencuri kalung itu. Raja lalu memerintahkan semua orang untuk mencarinya dan dia akan memberikan balas jasa sekotak uang emas bagi siapa pun yang berhasil menemukan kalung itu.


Suatu hari seorang pegawai istana sedang berjalan di sepanjang tepi sungai yang bersebelahan dengan sebuah kawasan pertambangan. Sungai ini sangat kotor dan berbau. Ketika dia sedang berjalan, si pemuda melihat sesuatu yang gemerlapan di dalam sungai, dan ketika dia memperhatikan dengan seksama, ternyata sebuah kalung berlian. Dia teringat kalung berlian putri raja yang hilang. Dia memutuskan untuk mencoba meraihnya dengan harapan bisa mendapatkan hadiah sekotak uang emas dari raja apabila dia berhasil mendapatkannya. Dia memasukkan tangannya ke dalam air sungai yang kotor dan mencoba mengambil kalung, tetapi entah bagaimana kalung itu terlepas, dan dia tidak bisa meraihnya. Dia menarik tangannya keluar dari air, melihat ke dalam air dan kalung berlian itu masih ada di sana. Dia akan mencobanya lagi. Sekarang dia berjalan perlahan ke dalam sungai, membiarkan celananya basah dan kotor, lalu memasukkan seluruh tangannya ke dalam air untuk mengambil kalung itu. Tetapi anehnya, dia masih tidak bisa mendapatkan kalung itu. Dia keluar dari sungai, dan berjalan menjauh dengan perasaan tertekan.


Muncul perasaan marah dalam hatinya ketika dia melihat kembali kalung berlian masih ada di dalam air. Sekarang dia bertekad untuk mendapatkannya, apapun yang akan terjadi. Dia memutuskan untuk menceburkan diri ke dalam sungai, meski pun sangat menjijikan untuk dilakukan karena air sungai itu sangat kotor, dan seluruh badannya akan menjadi kotor dan berbau. Dia segera bercebur dan menyelam ke dalam air, lalu mencari ke mana-mana untuk mendapatkan kalung berlian, namun dia tetap mengalami kegagalan. Sekarang dia kebingungan dan dengan perasaan sangat tertekan disebabkan tidak bisa mendapatkan kalung berlian itu, dan berarti gagal untuk mendapatkan hadiah sekotak uang emas dari raja.


Tidak beberapa lama kemudian, lewatlah seorang pertapa suci dan bertanya kepada si pemuda, apa yang sedang dilakukannya dengan badan basah dan kotor berbau seperti itu. Si pegawai istana tidak ingin berbagi rahasia dengan si pertapa, pikirnya pertapa itu akan mengambil kalung berlian untuk dirinya sendiri, maka dia menolak untuk mengatakan apa pun kepada si pertapa suci. Tetapi pertapa suci itu bisa melihat kalau pemuda itu sedang kesusahan dan dia menjadi iba. Sekali lagi dia meminta pemuda itu untuk mengatakan kepadanya masalahnya dan dia berjanji untuk tidak akan menceritakannya kepada siapapun. Si pegawai istana mengumpulkan keberaniannya dan memutuskan untuk menaruh kepercayaan kepada si pertapa suci. Si pemuda kemudian bercerita seputar masalah kalung berlian putri raja itu kepada si pertapa, dan bagaimana dia telah mencoba, dan mencoba lagi untuk mengambilnya, tetapi tetap saja mengalami kegagalan. Si pertapa suci lalu berkata kepada si pemuda bahwa barangkali dia perlu mencoba melihat ke atas, ke cabang-cabang pohon, dari pada terus mencari ke dalam sungai yang kotor. Si pemuda mengikuti saran si pertapa suci dan memandang ke atas, dan benar kalung itu sedang tergantung di sebuah cabang pohon. Jadi selama ini, dia berusaha untuk meraih sebuah bayangan kalung berlian yang memantul di permukaan sungai dari kalung sebenarnya yang sedang tergantung di cabang pohon itu!


Hikmah dari kisah ini adalah dunia ini hanyalah seperti sungai yang kotor, sementara kebahagiaan materi – seperti kalung berlian tadi – hanyalah semata-mata cerminan dari kebahagiaan yang nyata, yang ada di dalam dunia spiritual kita.


Kita tidak akan pernah dapat mencapai kebahagiaan yang kita cari, seberapa pun kerasnya kita mencari di dalam materi dunia. Sebagai gantinya kita harus melihat ke atas, kepada Allah Swt, sumber dari kebahagiaan yang sesungguhnya, dan berhenti mengejar pantulan dari kebahagiaan ini di dalam materi dunia. Kebahagiaan rohani adalah satu-satunya yang dapat membuat kita merasa cukup dengan sempurna.

Rabu, Agustus 26, 2009

6 Gangguan Mental yang Dialami Saat Online di Internet

Internet telah membuat banyak orang menjadi “gila”. Ada orang yang lebih mencintai internet melebihi rasa cinta kepada pasangannya. Ada juga orang yang rela tidak tidur demi chating dan browsing. Ada anak yang lebih memilih internet dari nasi. Dari orang dewasa hingga anak-anak memenuhi warung-warung internet, setiap harinya, karena “kegilaan” terhadap internet.


Terakhir anda mungkin masih ingat kasus-kasus artis atau tokoh yang “sengaja” melecehkan dirinya di internet dengan menampilkan foto-foto vulgarnya, atau kasus selebritis yang mengalami gangguan mental dan menggunakan internet sebagai sarana mengaktualisasikan dirinya.


Kalau sekarang saya menyodorkan kepada Anda berbagai bentuk gangguan mental yang terjadi ketika seseorang sedang on line di internet, mungkin perlu diwaspadai kalau-kalau salah satu gejalanya ada pada anda.



1. Gangguan kepribadian berupa emosi yang sebentar-sebentar meledak di saat online – mengamuk karena mudah tersinggung (Online Intermittent Explosive Disorder/OIED)


Seperti para pembunuh berantai, orang yang mengidap gangguan ini tampak normal pada awalnya. Beberapa hari atau jam sebelumnya mereka bisa saja melakukan pembicaraan-pembicaraan lucu atau komentar-komentar hangat. Akan tetapi beberapa saat kemudian berubah marah-marah dan mengumpat disebabkan sesuatu yang menyinggung perasaannya.


Di dalam kehidupan nyata disebut Intermittent Explosive Disorder (IED – tanpa online) adalah suatu gangguan pengendalian diri yang dapat membuat seseorang sanggup melakukan tindakan sadis seperti membantai seluruh anggota keluarga, misalnya, hanya dikarenakan makanan kesukaan mereka dihabiskan oleh salah seorang anggota keluarga yang lain. Mereka cenderung akan mengamuk secara tidak terkendali disebabkan situasi yang tidak dikehendaknya.


Kejadian IED di dunia nyata hanya menimpa sekitar 6 % dari populasi, tapi di Internet, anda akan menemukan OIED bisa menimpa hampir semua komentator. Dan tidak ada sesuatu pun yang bisa mencegah mereka berbuat seperti itu; dari kemarahan normal dengan memberikan komentar-komentar miring, sampai mengumpat dan mencaci maki – hanya admin yang berkuasa menghapus komentar-komentar seperti itu.


Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet?


1. Kebanyakan dari kita hanya bisa menahan hasrat untuk melakukannya di dunia nyata, yang apabila dilakukan mungkin bisa membuahkan sebuah tinju ke wajah kita.


2. Di Internet kebanyakan pengguna menyembunyikan identitas aslinya, sehingga mereka dengan bebas mengeluarkan isi hati dan kemarahannya tanpa khawatir reputasinya menjadi jelek.


3. Karena pengungkapan perasaan dalam bentuk tulisan sering terlihat datar dan tidak menggambarkan emosi dengan jelas, seperti halnya nada suara, mimik wajah dan bahasa tubuh lainnya di saat tatap muka langsung, sehingga orang cenderung menggunakan kata-kata yang tajam, kasar dan keras untuk mewakili sebuah perasaan tertentu.


Bagian yang paling aneh dari kekacauan kepribadian ini adalah mereka melakukannya – yakni memberikan komentar bernada marah, mengumpat dan mencaci – dengan sambil duduk santai, minum kopi atau sedang bercanda ria dengan teman di sampingnya.



2. Toleransi rendah terhadap kekalahan dalam forum (Low Forum Frustration Tolerance/LFFT)


Bagi orang yang suka menulis dan melakukan posting, sering kali merasa bahwa postingnya sangat sempurna. Seperti umumnya posting di internet yang selalu mendapatkan tanggapan dan komentar, maka penulisnya hampir setiap waktu mengecek masuknya komentar yang baru diberikan pembacanya. Jika ia mendapat komentar-komentar miring penuh kritik, maka dengan cepat ia akan meluncurkan jawaban yang akan mematahkan tanggapan itu.


Jika tidak ada yang memberikan komentar, dia akan mengirimkan komentarnya sendiri – mungkin dengan nama lain – untuk meramaikan tulisannya.


Di alam nyata gangguan ini disebut Low Frustration Tolerance (LFT) yang digambarkan sebagai seseorang yang mencari-cari kepuasan segera atau penghindaran dari rasa sakit dengan segera. Pada awalnya mirip dengan perilaku anak tujuh tahunan yang menginginkan sebuah mainan, dan akan berteriak dengan menghentak-hentakan tangan dan kakinya agar segera mendapatkan apa diinginkannya.


Seseorang dengan LFT sangat tergila-gila dengan pekerjaan yang sedang dilakukannya sehingga hal-hal lain dalam hidupnya seakan-akan berhenti. Hal itu sebenarnya adalah wujud dari obsesi yang berlebihan dan tidak logis, sehingga mereka melupakan hal-hal lain.


Kenapakah hal itu bisa terjadi di Internet?


Tidak pernah ada di dunia nyata sebuah mesin yang memberikan tingkat kepuasan sedemikian hebat seperti Internet. Ketika kita menonton televisi, kita tidak bisa berinteraksi dalam program-programnya kerena kita hanya menerima suguhan satu arah tanpa bisa berbuat apa-apa, sedangkan di Internet kita bisa melakukan kegiatan interaktif dua arah, seperti chating, game, pembicaraan online, forum milis, posting dan komentar, dan lain sebagainya.


Kegiatan itu membuat kita menjadi tidak sabaran, karena ingin segera melihat respon dengan dari pihak lain. Ketidaksabaran ini meminimalkan toleransi terhadap serangan yang menimbulkan ketersinggungan.



3. Munchausen di Internet - tukang cerita untuk membangkitkan rasa kasihan (Munchausen Syndrom)


Diidap oleh orang-orang yang bersembunyi di balik perasaan tidak berdosa (inosen), ketika pada suatu hari ia mengalami musibah; binatang kesayangannya, atau orangtua, atau mungkin sahabat karibnya meninggal. Atau barangkali gambaran tentang dia sendiri yang mempunyai suatu penyakit. Dia menuliskan cerita-cerita kesedihan dengan mengharapkan simpati dari pembacanya. Anda akan mengirimi orang ini doa-doa dan berbagai harapan, hadiah-hadiah dan anda berharap dia berhasil melewati masa sulit dengan tabah.


Lalu, beberapa bulan-bulan kemudian, tragedi lain membentur mereka. Sahabat baik mereka ditimpa bencana, atau menjadi lumpuh karena sebuah kecelakaan, dan lain-lain. Beberapa bulan setelah itu, ayah mereka mati. Terus berulang, berbagai cerita duka mengisi hidupnya. Seakan-akan hidupnya dipenuhi kutukan atau perasaan tidak berguna.


Di dalam kehidupan nyata gangguan ini disebut Munchausen Syndrome (MS), suatu istilah yang diambil dari nama seorang tentara Jerman, Baron Munchausen (Karl Friedrich Hieronymus Freiherr von Munchausen, 1720-1797) yang mengaku mempunyai banyak pengalaman fantastik dan petualangan-petualangan yang mustahil, oleh Rudolf Raspe kemudian dituliskan dalam sebuah buku berjudul The Surprising Adventures Baron Munchausen.


MS adalah suatu kondisi di mana seseorang dengan sengaja membuat kebohongan, menirukan, menambah buruk suatu keadaan, atau mempengaruhi diri sendiri agar sakit dengan tujuan diperlakukan seperti orang sakit. Dalam 1951, Richard Asher memakai istilah itu untuk orang-orang yang berkeliling dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, dengan membuat berbagai cerita berbeda mengenai penyakit-penyakit yang dideritanya.


Penderita kekacauan ini membutuhkan perhatian berupa rasa simpatik dan kasihan dari orang lain dengan menimbulkan kesan kesusahan dan kesulitan pada diri mereka. Apabila sudah kecanduan, mereka sulit untuk menghapuskan kebutuhannya akan rasa belas kasihan orang, dan akan merasakan hidup mereka benar-benar kacau bila tidak melakukan sebuah sandiwara lagi.


Kenapa hal itu bisa terjadi di internet?


Sangat mudah melakukan kebohongan dalam kehidupan nyata, dan sepuluh kali lebih mudah melakukannya di internet, karena tidak ada seorang pun bisa memeriksa kebenaran fakta-faktanya.


Suatu kasus yang terkenal adalah sebuah hoax di internet tentang seorang gadis bernama Kaycee Nicole, 19 tahun, yang menderita Leukemia. Tokoh rekaan yang diciptakan oleh Debbie Swenson, 40 tahun, ini menceritakan mengenai penyakit yang diidapnya selama dua tahun di suatu jurnal online dan perjuangannya menghadapi kematiannya. Kaycee lalu “meninggal”, dan ketika tidak ada berita mengenai pemakamannya di dunia nyata, maka sadarlah orang-orang bahwa cerita itu hanyalah bohong belaka.


Dan di lain waktu, Swenson mungkin masih bisa melakukan kebohongnnya berulang kali untuk memenuhi kecanduannya. Bisa saja dia membuat selusin cerita bohong dengan karakter berbeda di internet dengan sumber-sumber yang dipalsukan juga.



4. Gangguan kepribadian yang tergoda untuk memaksa orang lain pada saat online (Online Obsessive-Compulsive Personality Disorder/OOCPD)


Gangguan kepribadian jenis ini bisa dijelaskan dengan contoh kegilaan akan tata bahasa. Ketika orang menemukan suatu kesalahan tata bahasa atau penulisan kata yang keliru dari orang lain dalam sebuah posting atau komentar, maka dia langsung menyerang dan dengan keras memproternya.


Dalam kehidupan nyata disebut Obsessive-Compulsive Personality Disorder atau OCPD, tapi jangan dikacaukan dengan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD). Orang-orang dengan OCPD tidak melakukan ketaatan pada ritual-ritual aneh yang dilakukan pengidap OCD, seperti mengetuk pintu harus tiga kali atau memakan bagian ekor dari ayam goreng pada sesi terakhir setelah seluruh dagingnya habis dimakan, dan lain sebagainya.


Tipe OCPD secara sederhana mempunyai sebuah standar tegas luar biasa yang dengannya tugas-tugas tertentu harus diselesaikan dengan sempurna. Biasanya mereka bersikap tidak mau menerima dengan keras cara-cara lain yang bertentangan dengan standar mereka.


Kenapa hal demikian bisa terjadi di internet?


Dalam kenyataannya penderita OCPD merasakan ketakutan yang tidak logis terhadap dunia yang lebih berantakan, lebih kotor dan lebih kacau dibanding seharusnya yang dia pikirkan; sehingga secara cepat keadaan menjadi lebih buruk, dan akan mengalami kehancuran sampai ada seseorang yang memperbaikinya.


Di Internet, setelah membaca setiap komentar-komentar, orang normal akan menderita nasib yang sama. Tata bahasa yang keliru, pilihan kata yang tidak tepat, atau bahasa gaul yang membingungkan, mendesak anda untuk mengoreksinya. Tidak sulit merasakan keinginan untuk melatih diri menggunakan bahasa yang benar.



5. Low Cyber Self-Esteem (LCSE) atau penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah (Seperti seseorang yang dibenci setiap orang, tapi tidak ada yang meninggalkannya)


Ada sebuah tempat bagi setiap orang di Internet untuk merasa seperti di rumah sendiri. Ketika anda dapat mengisi sebuah kotak pesan dengan para penggemar sebuah situs tertentu, tidak ada sesuatu yang merasa diasingkan.

Setiap forum, laman chating, atau komunitas online lainnya tampaknya bisa memaksa orang – yang tidak merasa betah sekalipun – untuk tetap tinggal. Mereka dipakasa agar tetap online. Orang-orang ini tetap bebas untuk meninggalkan situs setiap saat, tetapi anehnya mereka tidak melakukannya.


Di dalam kehidupan nyata ini disebut merendahkan diri sendiri atau perilaku pencarian perhatian.

Seseorang dengan kebutuhan akan merendahkan diri atau perasaan harus terus-menerus dihukum untuk kesalahan-kesalahannya. Seperti sebuah cara dari alam bawah sadar untuk merasa bahwa dunia sedang membalas dosa-dosa mereka, atau mereka hanya begitu tidak menghargai diri sendiri sehingga mereka tidak bisa mengumpulkan energi untuk membela diri.


Jika sampai kepada tingkat ekstrem, hal itu dapat berubah menjadi Online Erotic Humiliation atau pelecehan seksual secara online, di mana pelecehan menjadi sebuah tindakan nyata. Sehingga ketika anda mengatakan kepada seseorang agar melakukan sebuah tindakan seksual, mungkin dia akan menganggap hal itu penting dan dia dengan sungguh-sungguh akan melakukannya.


Tetapi yang lebih umum adalah Online Attention Seeking Behavior atau kebiasaan mencari perhatian secara online, yang siapa pun pernah melakukannya; ibarat menghabiskan waktu jalan-jalan sore dengan seorang anak, dan si anak akan terbiasa dan terus menuntut perhatian seperti itu. Dan yang anehnya, seperti anak-anak yang menganggap bahwa kemarahan orang lain adalah juga cara memperoleh perhatian, maka ada yang beranggapan bahwa memperoleh pelecehan seksual lebih baik daripada diabaikan.


Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?


Jika anda berkata kepada seseorang, “Budi, pergi sana, kamu hanya bikin kacau”. Bisa saja Budi akan marah atau sebaliknya, merasa bahagia karena anda sudah menyebut namanya dan mengakui keberadaannya. Meskipun maksud anda mungkin menghinanya.


Tetapi jika anda mengetik namanya di dinding facebook anda misalnya, maka dia bisa berpikir lain. Ini bukan hanya sebuah perhatian biasa, tetapi sebuah perhatian global yang bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang. Anda ketik “Budi pengacau” dan dia berpikir bahwa hal ini mempopulerkannya.


Pencari perhatian mendapatkan apa yang diinginkannya, dan penghina diri sendiri mendapatkan cukup ketegangan untuk mengaktualisasikan dirinya yang intropet melalui sinyal-sinyal yang dikirimnya via keyboard.



6. Internet Asperger’s Syndrome


Seorang blogger dan pengusaha Internet, Jason Calacanis menciptakan istilah “Internet Aspeger’s Syndrome” untuk menguraikan perihal hilangnya semua aturan sosial dan empati pada diri seseorang, disebabkan tanpa alasan selain hanya secara kebetulan berhadapan dengan sebuah benda mati; berkomunikasi via papan tombol dan monitor pada suatu waktu.


Beberapa kasus bunuh diri yang direkam dengan webcam – yang sebagian mungkin main-main – dan dipublikasikan di Internet. Untuk sekarang ini mungkin kita tidak yakin bahwa hal itu benar-benar terjadi, tetapi sebenarnya hanya masalah waktu. Begitu juga dengan gambar-gambar penyiksaan, penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan oleh beberapa orang anak didik terhadap temannya di sebuah akademi itu.


Di dalam kehidupan nyata ini disebut Asperger’s Syndrome.


Hal ini jarang didiagose tetapi sering kali diklaim bahwa sindrom ini adalah bentuk halus dari autisme yang tampak berupa ketidakmampuan biologi untuk menunjukkan empati kepada manusia lain, mungkin disebabkan ketidakmampuan untuk mengenali isyarat nonverbal. Mereka secara terus-menerus bertingkah aneh dan mengganggu disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa anda terganggu. Ada bagian dari otak mereka yang rusak.


Kenapa hal itu bisa terjadi di Internet?


Calacanis menilai bahwa orang yang melakukan semua komunikasi online mereka menampilkan perilaku Asperger karena mereka ingin memberikan kesan ada kerugian yang sama pada diri sendiri. Di dalam hal ini, ketika kemampuan melihat respon dan mimik wajah atau ekspresi nonverbal sudah hilang, begitu juga dengan empati. Maka hal yang anda beritahukan hanya kepada orang yang tidak ada, karena itu hanyalah sekelompok kata-kata pada layar. Sekelompok kata-kata kecil yang tidak berarti.



Sumber : http://www.cracked.com/article_17522_6-new-personality-disorders-caused-by-internet.html

Survey: 95% Publik Amerika Percaya Tuhan dan 68% Tidak Percaya Evolusi

Hasil survey kali ini cukup mengagetkan saya, dan mungkin menyedihkan bagi pendukung Charles Darwin yang ateis. Bagaimana tidak, 68 % publik Amerika Serikat (AS) tidak mempercayai dongengannya mengenai evolusi – dikatakan ilmuwan sebagai sebuah teori, yang menurut saya hanyalah sebuah hipotesa atau dugaan – dan 95% publik masih percaya kepada Tuhan, sementara Teori Evolusi Darwin semakin diagungkan oleh orang ateis, agnostik serta sekuler untuk melawan agama.


Survey yang dilakukan baru-baru ini oleh Pew Research Center untuk masyarakat dan pers, bekerjasama dengan American Association for the Advancement of Science (AAAS) dengan melibatkan 2.533 orang ilmuwan anggotanya dari tanggal 1 Mei hingga 14 Juni, 2.001 orang dewasa umum dihubungi via telpon dan ponsel dari tanggal 28 April hingga 12 Mei, dan 1.005 orang dewasa umum lainnya selama 18 hingga 21 Juni tahun ini.

Survey memperbandingkan pendapat saintis dengan masyarakat umum mengenai sains dan teknologi serta penerapannya di tengah masyarakat. Sebagian hasil survey tersebut adalah:


A.Tentang Tuhan dan agama


1.Percaya kepada adanya Tuhan: Saintis 51% Publik 95%


2.Ateis: Saintis 41%


3.Data komposisi agama


- Protestan: Saintis 20% Publik 51%


- Katolik: Saintis 10% Publik 24%


- Yahudi: Saintis 8% Publik 2


- Ateis, agnostik (ateis karena malas), agama lain, dan tidak menjawab Saintis 48% Publik 16%


4.Menyatakan diri secara khusus sebagai Ateis: Saintis 17%


B.Tentang sains dan teknologi


1.Peran sains di masyarakat


- Positif: Publik 84%


- Negatif: Publik 6%


- Lainnya: Publik 10%


2.Kontribusi saintis di tengah masyarakat: Publik 70%


3.Pengakuan akan sains



- Pengakuan prestasi Sains AS di dunia: Saintis 49% Publik 17%


- Pengakuan akan teori Evolusi: Saintis 87% Publik 32%


- Pengakuan akan pemanasan global: Saintis 84% Publik 49%


- Kebaikan penggunaan hewan dalam penelitian ilmiah: Saintis 93% Publik 52%


- Kebaikan riset stem sel embrio: Saintis 93% Publik 58%


- Kebaikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN): Saintis 70% Publik 51%


- Perlunya orang tua memvaksinasi anaknya: Saintis 82% Publik 69%


4.Konflik antara sains dengan agama dalam diri mereka:

Publik 36%


Hasilnya mungkin tidak akan sama apabila survey seperti ini dilaksanakan di Indonesia, tapi bisa memberikan kepada kita sebuah gambaran bahwa publik AS yang sangat liberal – yang dijadikan contoh oleh masyarakat liberal kita – ternyata keyakinan kepada Tuhan masih terus hidup dan pemikiran mereka tidak bebas sama sekali ketika mereka berpikir tentang Tuhan dan agama.



Sumber :

http://pewresearch.org/pubs/1276/science-survey

http://www.republibot.com/content/americans-opinions-science-and-sciences-opinion-itself