Kamis, Maret 19, 2009

Seni Perang Politik Sun Tzu

Perang tidak pernah bisa dilepaskan dari politik. Dan politik tidak pernah sepi dari perang, paling tidak “perang” antar partai, politikus atau calon legislatif dan presiden. Perang itu dilakukan dalam rangka meraih kesuksesan politik, bisa berupa karir di partai, kedudukan sebagai anggota dewan, sampai jabatan nomor satu di sebuah negara demokrasi, yakni presiden.


Perang pasti memerlukan strategi. Begitu juga dengan “perang” di dunia politik. Selain dibutuhkan kecerdasan, di dunia yang penuh intrik dan taktik ini diperlukan juga strategi-strategi jitu yang efektif. Strategi perang yang baik, bukan hanya akan menghasilkan sebuah kemenangan tetapi juga keselamatan bagi pemenangnya.


Perang adalah sebuah seni bak tarian kuas di atas kanvas sang pelukis. Strategi adalah keras dan lembut kuasan cat, taktik adalah gelap dan terang goresan warna. Kemenangan adalah kepuasan tatapan mata sang pelukis di antara bangkai-bangkai cipratan cat dan bulu-bulu kuas yang berserakan.


Sun Tzu (400 – 320 SM) diyakini sebagai penulis Art of War (Seni Perang) sebuah karya militer klasik tertua dalam literatur Cina. Art of War Diperkenalkan di Jepang sekitar tahun 716 – 735 Masehi dan seribu tahun kemudian muncul di Eropa, bertepatan saat bangsa di benua itu memulai suatu serbuan untuk mendominasi dunia.


Berikut ini adalah sebagian isi dari Art of War yang monumental tersebut sebagai pencerahan untuk para politikus dan juga anda yang sekarang sedang “berperang” di bisnis, kantor, organisasi atau di tengah masyarakat.



“Seni perang sangat penting bagi negara.

Ini menyangkut masalah hidup dan mati,

satu jalan (tao) manuju keselamatan

atau kehancuran.”



“Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri.

Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran

tanpa resiko kalah.

Kenali Bumi, kenali Langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.”



“Sang jenderal adalah pelindung negara.

Ketika sang pelindung utuh, tentu negaranya kuat.

Kalau sang pelindung cacat, tentu negaranya lemah.”



“Kemungkinan menang terletak pada serangan.

Mereka yang menduduki medan pertempurannya lebih

dulu dan menantikan musuhnya, akan memperoleh kemenangan.”



“Mengetahui kapan seseorang dapat

dan tidak dapat bertempur

adalah kemenangan.”



“Mengetahui menggunakan

yang banyak dan yang sedikit

adalah kemenangan.”



“Atasan dan bawahan

yang menginginkan hasrat yang sama

adalah kemenangan.”



“Bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap

adalah kemenangan.”



“Militer yang menang

sudah menang lebih dulu, baru bertempur.

Militer yang kalah bertempur dulu,

baru mencari kemenangan.”



“Melawan yang banyak

sama seperti melawan yang sedikit.

Itu hanya soal bentuk dan nama.”



“Kejarlah rancangan-rancangan strategis

untuk membuat musuh takjub.

Maka kau bisa merebut kota-kota musuh

dan menggulingkan negaranya.”



“Untuk menyerang dan pasti merebutnya

seranglah di mana mereka tidak bertahan.”



“Untuk bertahan dan pasti tetap teguh,

bertahanlah di mana mereka pasti menyerang.”



“Demikianlah kalau seseorang terampil menyerang,

musuh tidak tahu di mana ia harus bertahan.

Kalau seseorang terampil bertahan,

musuh tidak tahu di mana ia harus menyerang.”



“Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya,

sementara ia sendiri tanpa bentuk.”

Bagi seorang jenderal ada lima bahaya –

Bertekad mati, ia bisa tewas.

Bertekad hidup, ia bisa tertangkap.

Cepat marah, ia bisa dihasut.

Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan.

Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat jengkel.

Kelimanya adalah bencana dalam militer.”



“Gunakan keteraturan

untuk menantikan kekacauan.

Gunakan ketenangan

untuk menantikan kebisingan,

inilah yang dimaksud dengan

mengatur hati dan pikiran.”



“Buatlah jalan mereka memutar.

Dan pancinglah mereka dengan keuntungan.”



“Ketika serangan elang meremukkan tubuh

mangsanya, itu adalah berkat waktunya (timing).

Eaktu adalah serupa dengan ditariknya pelatul.”



“Jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan.”



“Komandan yang andal dalam perang

meningkatkan pengaruh moral

dan patuh kepada hukum serta peraturan.

Demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses.”



“Adalah urusan seorang jenderal

untuk tidak banyak bicara,

sehingga lebih dapat menyimak.”



“Seorang jenderal mewakili nilai-nilai kebaikan

dari kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati,

keberanian, dan kedisiplinan.”



“Bersekutulah dengan negara tetangga

di daerah perbatasan.”



“Meraih 100 kemenangan daam 100 pertempuran

bukanlah puncak keterampilan. Menaklukan musuh

tanpa bertempurlah kesempurnaan tertinggi.”



“Mata-mata merupakan elemen penting dalam perang,

karena di pundak mereka bergantung kemampuan

pasukan untuk bergerak.”



“Rahasia dari tipu daya adalah mengetahui

bagaimana memanipulasi pandangan musuh.

Membuat yang jauh kelihatan dekat,

dan yang dekat kelihatan jauh.”



“Jenderal yang baik menghindari musuh

yang semangatnya tinggi. Ia menyerang musuh

pada saat mereka lelah.”



“Kunci memenangkan pertempuran

adalah memahami maksud musuh.

Konsentrasikan kekuatan di satu arah.

Tempuhlah jarak seribu li, dan

bunuhlah jenderalnya.”



Ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan;

yaitu pengkhianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan,

ketergesa-gesaan, kekacauan, dan kekurangmampuan.”



“Kemiliteran adalah tao penyesatan.

Ketika dekat, wujudkan seolah-olah jauh.

Ketika jauh, wujudkan seolah-olah dekat.

Demikianlah ketika ia mencari keuntungan, pancinglah ia.”



“Keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus

pertahanan musuh tanpa harus berperang.

Pejuang terhebat adalah yang mampu menekan musuh

untuk menyerah tanpa perlawanan.”





Sumber isi tulisan : Art of War (Seni Perang) Sun Tzu

Sumber gambar : http://www.booksshouldbefree.com/images/big/45.jpg

1 komentar:

  1. wah keren, ada yang punya terjemahan lengkap dalam bentuk file digital gak?

    BalasHapus