Senin, April 13, 2009

Caleg Homo (Intermeso)

Pemilu legislatif sudah usai. Masing-masing calon legislatif (caleg) sudah ada yang mengetahui keberhasilan dan kegagalannya. Caleg yang gagal karena mendapatkan sedikit suara memberikan beragam respon atas kegagalannya itu, ada yang pasrah, ada yang nyantai aja, ada juga yang mencak-mencak mengambil kembali uang dan barang yang terlanjur diberikan kepada calon pemilihnya, bahkan ada yang depresi hingga meninggal.


Impian duduk di kursi dewan yang sudah pupus bukan berarti cerita sudah selesai. Sebagai caleg yang sudah mendapatkan suara dalam pemilu, walaupun tidak mencukupi untuk mendapatkan satu kursi di dewan, beberapa caleg yang “masih waras” mulai kasak-kusuk mencari informasi mau dikemanakan perolehan suara mereka itu.


Sebagai anggota spesies homo sapiens yang diciptakan memiliki akal panjang, para caleg yang termasuk golongan homo polyticus (makhluk berpolitik) dan juga tergolong homo economicus (makhluk berekonomi) tidak mungkin berdiam diri membiarkan suara-suara yang sudah dikantongi tersebut terbuang sia-sia alias tidak jadi uang.


Dengan prinsip symbiosis mutualism (hubungan saling menguntungkan) dengan caleg yang mengumpulkan suara kurang sedikit lagi untuk mendapatkan satu kursi, para caleg dengan suara kurang banyak ini pun mulai menawarkan harga jual. Kalau laku, khan lumayan menutupi sedikit lubang-lubang hutang buat biaya kampanye kemarin.


Meskipun secara akuntansi masih belum seimbang antara pengeluaran dan pemasukan, paling tidak mengurangi tingkat depresi hingga menjauhi titik nadir, dan asap dapur masih bisa mengepul lagi.


Kabarnya satu suara bisa laku dijual 1 sampai 2 juta rupiah. Kalau hanya mendapatkan 10 suara berarti akan mengantongi uang 10 sampai 20 juta rupiah, sedangkan untuk kampanye sudah ludes 300 juta rupiah. Apes.




Sumber gambar : http://www.jpnn.com/uploads/berita/dir10022009/img100220091408011.jpg

1 komentar: