Sabtu, April 25, 2009

Melihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) “Bermain Catur” (Pengorbanan Wapres Jusuf Kalla)

Tulisan sekuel ini bukan pengulangan tulisan sebelumnya, tapi mencoba memberikan pandangan dari sudut lain, yakni sudut pandang Bapak Jusuf Kalla (JK) Wakil Presiden RI yang sudah berpisah secara politis dengan Presiden SBY.


Memang sulit untuk kembali menarik pion menteri kalau sudah memasuki petak lawan. Seorang pecatur dengan “terpaksa” mempertahankan posisi menteri yang sudah memasuki daerah lawan, karena memang diperlukan di sana. Apalagi pion menteri tersebut berpotensi mengunci pion raja lawan.


Apakah JK terjebak dan tidak bisa melarikan diri? Bisa dibilang ya, bisa dibilang tidak. Dibilang ya, karena tampaknya SBY pun tidak bisa lagi menarik JK ke kubunya. Tidak, karena ada tujuan lain membiarkan JK “dipeluk” lawan. Apakah tujuan itu?



Mega bertemu Prabowo, si kuda hitam yang liar


Kekalahan suara di Pemilu Legislatif 2009 ini secara signifikan sangat memukul perasaan Partai Golkar dan PDIP. Namun rasa sakit lebih terasa di kubu Megawati sebagai lawan tanding utama bagi JK. Kalau bagi Golkar kekalahan ini masih bisa diredam dengan bermain cantik, loncat ke sana, loncat ke sini, bagi Megawati seperti kehilangan banyak darah.


Prabowo Subianto adalah kuda hitam yang lincah dan cenderung liar. Kesempatan emas baginya mendekati Megawati dan merealisasikan langkah-langkah liarnya. Apakah yang ada dalam benak Anda kalau semangat berontak PDIP bertemu dengan ide-ide liar si kuda hitam? Jawabannya adalah “pertempuran” habis-habisan.


Bagaimana SBY melihat hal ini? Kecemasan akan kelanjutan permainannya, yakni Pilpres 2009. Siapa yang bisa menjamin kalau Pilpres 2009 bisa berlangsung tepat waktu dan aman?


Bagi sang menteri sangat besar niatnya untuk kembali ke petak sendiri menemani raja. Namun formasi kadung memaksanya untuk bertahan di petak lawan. Kelangsungan Pilpres 2009 menjadi taruhan seandainya sang menteri berkeras mengambil langkah mundur.



JK dan Akbar


Ternyata perjalanan JK menjadi capres tidak benar-benar mulus. Penentangan di internal Partai Golkar menyeruak dari kubu Akbar Tanjung. Kegagalan JK memimpin Partai Golkar dalam perolehan suara di Pemilu Legislatif menjadi alasan untuk menyingkirkan JK. Kira-kira bagaimanakah nasib JK kalau resmi menjadi capres setelah berkoalisi dengan partai lain dan kemudian kalah dari SBY? Keluar dari permainan dan masuk kotak. Maka sempurnalah pengorbanan JK.




Sumber gambar : http://pecaturjogja.files.wordpress.com/2009/04/kunci3langkahmat2.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar