Rabu, November 19, 2008

11 Dosa yang Mematikan Ilmu Pengetahuan


Apakah ilmu pengetahuan itu?


Pengetahuan didefinisikan bermacam-macam, antara lain (i) keahlian dan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh oleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan; pemahaman praktis atau teoritis tentang suatu hal, (ii) apa yang dikenal di dalam bidang tertentu atau secara keseluruhan, baik fakta-fakta dan/atau informasinya, dan (iii) kesadaran atau keakraban yang diperoleh oleh pengalaman dari suatu fakta atau situasi.


Debat-debat filosofis di depan umum dimulai dengan perumusan Plato atas ilmu pengetahuan sebagai "kepercayaan benar yang dibenarkan". Bagaimanapun tidak ada definisi tunggal yang disepakati tentang ilmu pengetahuan saat ini, maupun setiap prospek darinya, dan masih banyak teori-teori lain tentangnya.


Berikut ini adalah 11 dosa yang akan mematikan ilmu pengetahuan :



1. Tidak mengembangkan suatu definisi aktip dari ilmu pengetahuan.


Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang hidup. Sesuatu yang hidup harus terus bergerak dan melakukan sesuatu. Ilmu pengetahuan yang diam dan tidak bekerja akan menemui kematiannya.

Berpikir, mengadakan riset, menulis atau mempraktekan langsung ilmu pengetahuan kita adalah upaya menghidupkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang bekerja, upahnya adalah lebih banyak lagi ilmu pengetahuan.



2. Menekankan pada jumlah simpanan ilmu pengetahuan sehingga merusak aliran ilmu pengetahuan itu sendiri.


Kita tidak akan pernah bisa memiliki ilmu pengetahuan, tapi bisa meminjamnya. Kita tidak akan bisa memberikan ilmu pengetahuan kepada orang lain tapi dapat mengalirkannya. Ilmu pengetahuan bergerak ke setiap sudut alam, mengalir ke mana-mana seperti halnya nafas yang dihembuskan oleh kita akan diterima kembali oleh orang lain sebagai tarikan.



3. Memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di luar kepala setiap orang.


Ilmu pengetahuan tidak berada di dalam buku, tidak di dalam kalimat-kalimat, tidak juga di dalam kata-kata dan huruf-huruf. Ilmu pengetahuan berada di dalam kepala setiap orang, seperti api kecil di ujung pelita. Kita tidak perlu menyalakan pelita tersebut, tapi cukup meniupnya. Kita tidak memasukkan ilmu pengetahuan dari luar ke dalam kepala kita, tapi memicu ledakan kecil di otak kita. Pemicunya bisa berupa buku, penjelasan seorang guru atau barangkali buah apel yang jatuh mengenai kepala Isac Newton, dan air meluap dari bak mandinya Archimedes!



4. Tidak memahami bahwa sebuah tujuan antara yang mendasar dari manajemen ilmu pengetahuan adalah menciptakan konteks yang dibagi bersama.


Ilmu pengetahuan tidak dapat dikuasai sendiri, tapi untuk dibagi-bagi. Seperti udara di atmosfir yang tidak bisa dikuasai, tapi hanya pakai-pinjam bergantian. Adakah ilmu pengetahuan akan rusak dan hilang karena dipergunakan banyak orang? Tentu saja tidak. Ilmu pengetahuan akan semakin besar muatannya karena adanya kontriibusi banyak orang. Siapa pun yang mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan, tidak akan mengurangi kapasitasnya, bahkan semakin memperbesarnya.



5. Memberikan perhatian yang sedikit kepada peran dan pentingnya pengetahuan yang tersembunyi


Apabila Wikimuers beranggapan bahwa ilmu pengetahuan hanya yang terdapat di literatur-literatur, buku-buku dan di kepala-kepala ilmuwan dan guru-guru, maka ilmu pengetahuan sudah selesai dan kehidupan perlu direset ulang.

Masih ada Ilmu pengetahuan yang tersembunyi di sudut-sudut alam yang tidak terjamah, makro maupun mikro. Bahkan otak kita yang kecil ini, untuk seorang Einstein baru dipergunakan seperlimanya saja.



6. Memutuskan ilmu pengetahuan dari penggunaan-penggunaannya


Ilmu pengetahuan adalah pekerja yang rajin. Apabila anda menjadikannya pengangguran, maka dia akan kehilangan spirit hidupnya. Ilmu pengetahuan harus menyalurkan manfaatnya kepada seluruh alam, menjaga, menyeimbangkan dan menghidupkan alam.

Ilmu pengetahuan yang tidak digunakan akan menumpul dan kehilangan ketajamannya.



7. Mengurangi proses berpikir dan memberikan alasan


Siapa pun yang malas berpikir dan mempertanyakan alasan-alasan akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kenapa dan bagaimana adalah pertanyaan kunci lahirnya ilmu pengetahuan.

Teruslah berusaha menyingkap sebab sesuatu, sampai kita tidak bisa lagi bertanya, kenapa dan bagaimana.



8. Fokus pada masa lampau dan saat ini dan bukan pada masa depan


Ilmu pengetahuan yang berada di masa lalu dan hari ini hanya merupakan jejak-jejak jawaban dari pertanyaan kenapa dan bagaimana. Karena sesungguhnya masih banyak jawaban-jawaban dari kenapa dan bagaimana yang lain di masa depan.

Jangan puas dengan jawaban-jawaban di masa lalu dan hari ini. Karena rasa puas adalah salah satu pembunuh ilmu pengetahuan.



9. Gagal untuk memahami betapa pentingnya percobaan


Percobaan seperti gerak memompa untuk jantung ilmu pengetahuan. Apabila berhenti detaknya, maka matilah ilmu pengetahuan. Percobaan adalah langkah berikut dari kenapa dan bagaimana. Upaya mencari jawaban selalu berupa percobaan demi percobaan. Melakukan sesuatu yang sudah pasti hasilnya, bukan hanya mematikan ilmu pengetahuan, tapi juga sangat membosankan. Percayalah.



10. Menggantikan ilmu pengetahuan dengan kontak teknologi sebagai alat penghubung antar manusia


Teknologi adalah hasil akhir dari ilmu pengetahuan yang bersifat material dan bisa rusak. Hubungan antar manusia yang didasari kontak teknologi akan terasa gersang, karena bersandar pada nilai material. Kebanggaan akan telepon genggam tercanggih, mobil terbaru, alat elektronik keluaran baru yang dimiliki tanpa ada keinginan untuk – minimal – mencari tahu mengenai usaha-usaha manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibalik teknologi tersebut, hanya akan menciptakan kebanggaan semu yang menyesatkan, sehingga kita terjebak dalam budaya materialistik, hedonisme dan konsumerisme.


Jadikan hubungan manusia lebih manis dengan nasehat-menasehati tentang kebenaran dan ilmu pengetahuan, sehingga transfer ilmu pengetahuan berjalan dan hidup.



11. Mencari-cari untuk mengembangkan ukuran kuantitas langsung dari pengetahuan


Ukuran kuantitas dari ilmu pengetahuan seperti nilai ujian, nilai kelulusan, gelar akademik, masa belajar, banyaknya buku yang dibaca, nama besar almamater, jumlah guru besar yang mendidik kita, usia pengalaman dan lain sebagainya hanyalah merupakan alat ukur yang bisa menyesatkan. Menyesatkan diri sendiri sehingga menimbulkan rasa puas dan kesombongan, juga bisa menyesatkan orang lain yang akan menjadikan alat ukur kuantitas sebagai tujuan ilmu pengetahuan.

Ukuran kualitas dari ilmu pengetahuan lebih utama untuk dikejar, yakni nilai kemanfaatan ilmu pengetahuan kita, keikhlasan dalam mengejar ilmu pengetahuan dan menyumbangkan hasil kerjanya, serta selalu berupaya mencari, menambah, memperbaiki dan menyempurnakan ilmu pengetahuan kita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar