Kamis, November 20, 2008

Tips Jitu Menghindari Selingkuh dan Poligami

Akhir-akhir ini banyak pasangan suami istri muda yang sudah mengalami tantangan berat di awal masa perkawinannya – dalam masa 5 sampai 10 tahun usia perkawinan – yakni terjadinya perselingkuhan dari salah satu pasangan. Yang kemudian akan diikuti oleh terjadinya perceraian atau poligami. Dan hal ini seperti sudah menjadi sebuah fenomena kehidupan di zaman modern.


Saya tidak menyebutkan bahwa perselingkuhan hanya dilakukan oleh pihak suami atau laki-laki, pihak istri pun mempunyai peluang yang sama. Pertama, disebabkan semangat persamaan gender yang sudah diakui oleh banyak kaum perempuan dan kedua disebabkan sebagian besar istri sudah bekerja di luar rumah. Jadi tulisan ini bukan hanya untuk kaum laki-laki, tapi juga untuk para perempuan.


Kondisi kehidupan manusia modern yang sibuk, money oriented dan individualistis menjadi salah satu akar permasalahan dari fenomena perselingkuhan. Tapi kita jangan menjadi putus asa, lalu berdiam diri menerima keadaan ini. Memang ada orang berkata, “Kalau memang niatnya ingin selingkuh, ya tetap saja selingkuh.”


Tapi selingkuh bisa dihindari, kok, asal kita mau mengubah pandangan kita tentang cinta dan perkawinan dan mengikuti tips berikut. Cobalah anda menyimaknya :



1. Janganlah menuntut sesuatu yang tidak dimiliki atau tidak bisa dilakukan oleh pasangan kita.


Tak ada gading yang tak retak, itu kata peribahasa. Maknanya tidak ada manusia yang sempurna. Berarti tidak ada manusia – termasuk anda sendiri – yang bisa menjadi apa pun dan bisa melakukan segala hal. Lalu kenapa kita harus menuntut pasangan kita untuk menjadi seseorang yang dia tidak mampu menjadi seperti itu?


Banyak hal bisa dipelajari, seperti ketrampilan dan beberapa kebiasaan. Perempuan yang tidak bisa memasak, bisa mulai belajar memasak setelah menjadi seorang istri. Laki-laki yang pemalas, bisa memaksa dirinya sendiri untuk rajin bekerja setelah menjadi seorang suami. Dan itu semua bisa dipelajari, walaupun mungkin dengan sedikit usaha keras dan sungguh-sungguh agar tampak hasilnya.


Tapi ada juga hal-hal yang memang tidak bisa, seperti wajah dan profile tubuh secara keseluruhan, misalnya. Kecantikan dan ketampanan bisa dipoles, tapi tentu saja membutuhkan biaya. Jadi apabila anda berdua tidak mempunyai cukup uang, kenapa harus menuntut pasangan anda tampil lebih cantik atau tampan ?


Selain itu permasalahan keuangan juga sering menjadi sorotan. Dan ini harus difahami dalam kerangka rezeki yang sudah diusahakan. Apabila tingkat kemampuan pasangan kita terbatas dengan apa yang bisa dilakukannya, sedangkan dia sudah berusaha dengan sungguh-sungguh dan keras, kenapa kita harus menuntutnya untuk memperoleh uang yang lebih banyak lagi, sampai-sampai melakukan perbuatan yang melanggar hukum ?



2. Jangan mencari model lain dari sebuah keluarga yang bahagia selain yang bisa dilakukan oleh anda berdua.


Anda bisa saja berpaling ke tetangga sebelah rumah, dan berkata, “Mereka bisa bahagia seperti itu, memiliki cukup materi dan bisa jalan-jalan di akhir minggu, kenapa aku tidak ?” Atau, “Mereka bisa rukun dan damai, padahal secara materi mereka tidak berkecukupan, kami pasti bisa melakukannya.”


Boleh saja perbandingan seperti itu anda lakukan, dan berusaha dengan pasangan anda untuk menerapkannya. Tapi harus diingat, ada hal-hal mendasar yang harus diubah dan itu mempunyai resiko. Apabila tetangga anda yang bahagia secara materi itu diambil sebagai contoh, maka anda akan dituntut untuk mencari materi lebih banyak. Siapkah anda dan pasangan dengan kondisi banyak waktu yang akan tersita untuk berkumpul bersama keluarga ? Karena tetangga itu mempunyai ukuran rezeki yang lebih dari anda. Dan ini berarti lebih banyak kerja keras bagi anda untuk memperoleh jumlah yang sama.


Apabila contoh keluarga sederhana yang diambil, berarti anda harus menurunkan kuantitas kerja anda, banyak meluangkan waktu dan ini berarti anda harus siap menghadapi penurunan perolehan rezeki.

Anda boleh bereksperimen dengan menjadikan keluarga lain sebagai standar, tapi saya sarankan anda berusaha bereksperimen dengan diri dan keluarga anda sebagai standar. Jadikan apa yang dimiliki oleh anda, pasangan dan seluruh anggota keluarga sebagai modal dasar dari sebuah keluarga yang bahagia. Potensi-potensi yang ada bisa diramu dengan kesempatan-kesempatan yang ada. Cari pola-pola kebahagiaan yang bisa diciptakan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada. Dan yang penting niat baik harus disepakati bersama disertai dengan ketulusan semua pihak. Percayalah keluarga yang bahagia tidak hanya terdapat di sebelah rumah anda.



3. Jangan berpandangan “sekuler” dalam urusan cinta dan rumah tangga, dengan memisahkan kebahagiaan pribadi di luar dan kebahagiaan bersama – dengan pasangan dan anak-anak – di dalam rumah.


Ini salah satu dampak dari peri kehidupan zaman modern yang sekuler. Banyak orang yang berpandangan “sekuler” dalam urusan cinta dan rumah tangga. Ada sebuah ungkapan buruk yang agak porno (maaf): “Biarlah suami saya membuang air di luar rumah, asalkan botolnya dibawa pulang.” Dan ini kabarnya – walaupun saya tidak tahu tingkat kebenarannya sampai dimana – pada masyarakat di Cina sudah menjadi suatu pandangan umum, bahwa seorang suami boleh pergi ke pelacuran dan melakukan apa pun disana, asalkan cintanya hanya untuk si istri. Apabila si suami kemudian tepergok berulang-ulang mendatangi pelacur yang sama, maka oleh si istri akan dikatagorikan selingkuh karena diindikasikan ada perasaan cinta. Aneh, ya ?


Di luar pembicaraan mengenai “kebolehan selingkuh” dari para istri seperti disebutkan di atas, pada dasarnya saya ingin menyampaikan bahwa kebahagiaan di luar rumah dan di dalam rumah tidak bisa dipisahkan karena saling mempengaruhi dan berdampak satu sama lain. Selain itu cinta bukan seperti makanan yang apabila tidak enak di dalam rumah bisa dicari keluar. Untuk makanan pun seharusnya bisa diusahakan untuk belajar bagaimana membuat makanan yang lebih enak supaya tidak perlu selalu keluar rumah, kan ?



4. Cintailah pasangan anda tanpa alasan.


Ungkapan ini mungkin sedikit membingungkan bagi anda. Tetapi sesungguhnya ungkapan ini masuk akal dan sudah dilakukan oleh kita. Contohnya perasaan cinta kita dengan anak-anak kita – bagi pasangan yang sudah memiliki anak. Pernahkan anda mencintai anak anda dengan ukuran-ukuran dan alasan ? Bisa jadi anak anda jelek, gemuk dan kulitnya hitam. Pernahkan anda lebih mencintai anak tetangga anda yang lebih putih, langsing dan tampan ? Boleh-boleh saja anda berharap anak anda seperti anak tetangga anda itu, tetapi – saya yakin – anda tetap mencintai anak anda dan hanya sedikit menyukai anak tetangga anda.


Begitulah seharusnya kita mencintai pasangan kita. Tanpa alasan dan ukuran-ukuran. Karena pada akhirnya alasan dan ukuran-ukuran juga yang akan mengganggu hubungan cinta anda berdua. Percayalah.



5.Lakukan keempat poin tersebut mulai dari sekarang!


Semoga bermanfaat. Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar