Jumat, November 28, 2008

Melihat Presiden SBY “Bermain Catur” (Bagian 3)


Permainan catur benar-benar permainan otak karena yang berperan hampir seratus persen adalah otak. Mata dan tangan hanya merupakan alat bantu, dan tenaga yang dikeluarkannya juga lebih sedikit dibandingkan tenaga yang dikeluarkan untuk berpikir.


Kesalahan satu langkah dalam permainan catur berarti dua kali lebih berpikir keras untuk mengatasi keadaan akibat kesalahan tersebut. Dan kesalahan langkah akan lebih berbahaya lagi apabila lawan kita melihat dengan jelas ekspresi kita pada saat tengah menyadari kesalahan tersebut. Kenapa? Karena lawan akan mengetahui bahwa ada kesalahan langkah dan di bagian mana kesalahan itu terjadi, maka dia akan memberikan pukulan bertubi-tubi pada titik lemah itu.


Namun pada seorang pemain catur yang handal kesalahan kecil masih bisa ditutupi dengan pengaturan momen-momen. Pengaturan momen dan juga, yah … “sedikit nasib baik” juga menjadi sumber keberuntungan untuk mencapai akhir sebuah kemenangan.



Langkah-langkah manis SBY


Berikut ini saya akan mengemukakan fakta bahwa “papan catur” benar-benar dipegang oleh SBY. Fakta-fakta tersebut adalah langkah-langkah kebijakan pemerintahan SBY yang sebagian dari langkah-langkah itu benar-benar belum berani dilakukan oleh presiden lainnya di masa reformasi, yakni :


1. Dikeluarkannya SKB Tiga Menteri mengenai pembekuan kegiatan organisasi Ahmadiyah, selanjutnya diikuti dengan penangkapan dan penyidangan Habib Riziek pemimpin Front Pembela Islam (FPI) beserta Munarman – yang disebut-sebut sebagai penggerak kegiatan FPI di lapangan.


2. Upaya keras KPK memberangus para koruptor dan “great scene”-nya adalah penahanan Aulia Pohan, besan SBY sendiri sebagai tersangka kasus korupsi dana Bank Indonesia.


3. Pelaksanaan hukuman mati kepada tiga orang pelaku teror bom Bali.


4. Keberhasilan pemerintah menjaga stabilitas politik dan tingkat keresahan masyarakat melewati masa genting krisis keuangan global yang efeknya juga memukul sektor ekonomi makro dan mikro di Indonesia, yang sekarang masih belum berakhir.



Analisa langkah-langkah


Yang menjadi sasaran langkah-langkah SBY adalah meraih dukungan suara sebanyak-banyaknya dari semua golongan masyarakat untuk Pilpres 2009. Syukur-syukur apabila juga turut mendongkrak perolehan suara caleg-caleg Partai Demokrat.


Pada langkah nomor 1 sasarannya adalah umat Islam yang anti aliran sesat Ahmadiyah dan dengan dikeluarkannya SKB Tiga Menteri tersebut di atas sebagaian besar keinginan mereka sudah terpenuhi. Selain itu kalangan umat Islam maupun Non Islam yang “kegerahan” dengan sepak terjang FPI juga terpenuhi “hasratnya” untuk merasa lega dengan ditangkap dan disidangnya pengurus FPI tersebut.


Pada langkah nomor 2 yang menjadi sasaran ada dua, yakni warga masyakarat di dalam negeri dan juga dukungan luar negeri. Bagi warga masyarakat di dalam negeri efek penangkapan dan penyidangan para koruptor – sebagian sudah divonis tetap – memang tidak bisa dirasakan secara langsung. Namun pemerintah tetap ingin menunjukkan kesungguhannya dan tidak tebang pilih dalam upaya memberantas korupsi. Sedangkan efek ke luar negeri adalah terjadinya peningkatan dukungan ekonomi dan politik, terutama dari USA dan negara-negara Eropa.


Langkah nomor 3 adalah kunci utama bagi terbukanya pintu bantuan luar negeri untuk memberikan dukungan ekonomi dan politik. Terbukti tidak lama setelah dilaksanakannya hukuman mati bagi tiga orang pelaku teror bom Bali, Presiden SBY langsung terbang ke luar negeri untuk bertemu dengan para pemberi “bantuan ekonomi” dan di sana terjadi pembicaraan mengenai hubungan bilateral dengan beberapa negara.


Langkah nomor 4 adalah merupakan langkah paling rawan dan masih dalam penuntasan. Kemampuan pemerintah “meredam” media cukup patut diacungi jempol, karena seringkali dalam kasus ekomoni, isu-isu tidak jelas yang di-blow up oleh media akan berujung pada kekacauan, baik berupa rush pada sektor perbankan, gejolak berlebihan di pasar uang, maupun kejahatan ekonomi seperti penimbunan-penimbunan. Akhir dari langkah nomor 4 mungkin akan teratasi dengan didapatnya “bantuan” yang diperoleh dari luar negeri seperti disebutkan pada langkah nomor 3, yang pada masa pemerintahan Orde Baru dulu sangat bangga diberitakan tapi sekarang berusaha ditutup-tutupi. Siapa, sih yang bangga punya hutang ?



Anjing menggonggong, langkah tetap jalan


Sebagai pakar strategi SBY adalah seorang yang benar-benar tenang. Tercatat beberapa komentar miring tidak ditanggapi dengan panas, bahkan benar-benar “no comment”. Dan ini adalah sifat pemain catur sejati. Bagaimanapun ributnya komentar penontonnya, seorang pemain catur tidak boleh terpengaruh, tetap berkonsentrasi ke papan caturnya dan memperhatikan dengan seksama langkah pion-pion lawan.


Beberapa komentar dari lawan politik seperti Gus Dur – yang berganti baju dari seorang negarawan menjadi penggerak golput – jadi bukti langkah politik SBY yang benar-benar mengena. Ini sesuai dengan sebuah ungkapan: “Di dalam sebuah peperangan, bikin lawanmu bertempur dengan orang lain, dan raih kemenangan tanpa luka dan darah.” Dan ini juga terlihat dengan dipertentangkannya Prabowo, Ketua Partai Gerindra dengan Megawati, Ketua PDIP dalam pemberitaan sebagai tokoh-tokoh politik yang dipertandingkan. Berita tersebut muncul tidak lama setelah Megawati memberitahukan kepada publik bahwa tema kampanyenya adalah “sembako murah” yang tidak pernah terwujud di pemerintahan SBY.


Yang paling up to date adalah komentar Syamsul Ma’arif ketua PP Muhammadiyah yang mengatakan “the real president” adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Komentar miring terhadap SBY ini sebenarnya tidak pantas keluar dari mulut seorang ketua PP Muhammadiyah. Kalau seandainya beliau mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmu manajerial dan kepemimpinan, tentu tidak akan berkomentar seperti itu. Bagaimana nanti apabila Presiden lebih sibuk kesana-kemari dan Wapresnya nganggur, pasti akan dibilang Presidennya “One man show” dan “tebar pesona” saja ?


Persaingan di masa kampanye seperti sekarang ini, SBY benar-benar bersikap elegan. Di saat beberapa tokok politik berkoar-koar mengkampanyekan dirinya, SBY hanya muncul sesekali dan tidak “One man show”. Kata sebuah ungkapan: “Biarkan musuhmu berbuat apa saja sampai dia melakukan kesalahan, setelah itu jadikan kesalahan tersebut untuk memukulnya.” Dan kita akan lihat nanti siapa yang akan membuat kesalahan tersebut.



Baca juga :

1. Membaca Strategi Perang SBY

2. Melihat Presiden SBY "Bermain Catur" (Bagian 1)

3. Melihat Presiden SBY "Bermain Catur" (Bagian 2)

4. Melihat Presiden SBY "Bermain Catur" (Menjelang Babak Akhir)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar