
Tulisan ini sebetulnya bukan merupakan
Sebagian besar media, on-line maupun media cetak dan elektronik lainnya menayangkan berita-berita seputar capres-cawapres yang tidak berimbang. Sangat jelas dan nyata capres SBY diserang dari segala penjuru, sementara capres-capres lainnya mengaku yang paling pro rakyat, cinta produk dalam negeri, atau mengaku mempunyai program kemandirian bangsa.
Berikut ini adalah link yang bisa menunjukkan kepada Anda semua bahwa tidak ada satu pun capres-capres kita itu “benar-benar” bersih dari keterlibatan dalam proses ekonomi liberal (atau yang sekarang lebih trend dengan istilah Neo-Lib) dan pengerukan kekayaan alam Indonesia.
Siapa George Junus Aditjondro?
George Junus Aditjondro (lahir pada 27 Mei 1946 di Pekalongan, Jawa Tengah) adalah seorang sosiolog asal
Ekopol Tambang oleh George Junus Aditjondro
Inilah link dimaksud: http://www.scribd.com/doc/11016195/Ekopol-TambangGeorge-Junus-Aditjondro
Untuk mempermudah Anda inilah sedikit uraian yang merupakan salinan – dengan ditambah sedikit keterangan – dari isi tulisan pada link tersebut.
Jusuf Kalla hal 8. Paling tidak tiga orang di antara segelintir decision maker ekonomi
Di luar urusan Blok Cepu, kelompok Bukaka yang dipimpin oleh Ahmad Kalla, adik kandung sang Wakil Presiden, punya hubungan bisnis dengan salah satu raksasa migas dari AS, ConocoPhilips. Berkongsi dengan perusahaan daerah Batam, PT Bukaka Barelang Energy, sedang membangun pipa gas alam senilai 750 juta dollar AS – setara Rp. 7,5 trilyun – untuk menyalurkan gas alam dari Pagar Dewa, Sumatera Selatan, Ke Batam. Nama perusahaannya, PT Bukaka Barelang Energy. Gas alamnya sendiri berasal dari ladang ConocoPhillips di Sumatera Selatan.
Sangat jelas korelasinya antara klaim Capres JK mengenai konversi minyak tanah ke gas dengan alasan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Padahal secara logika, gas lebih mahal daripada minyak tanah.
SBY Hal 12. Tidak disebutkan memiliki perusahaan, hanya disebutkan ada kedekatan hubungan (jelas masih menduga-duga) dengan Letjend. Purn. T.B. Silalahi, staf ahli presiden bidang skuriti, “sangat rentan” dimanfaatkan oleh Tommy Winata, pimpinan kelompok Artha Graha. Soalnya T.B. Silalahi orang kunci di Artha Graha.
Mega hal 15. PDIP sendiri tidak dapat diharapkan mewakili aspirasi rakyat yang tidak setuju dengan kenaikan harga BBM, maupun penunjukan ExxonMobil sebagai pengelola blok Cepu. Ini tidak terlepas dari dominannya peran Megawati Soekarnoputri dan suaminya, Taufik Kiemas, di fraksi terbesar di
Dengan memiliki 13 SPBU (yang sebagian besar diperoleh di masa kekuasaannya sebagai Presiden. Kita tahu di masa Orde Baru atau rezim Soeharto keluarga Megawati betul-betul dikucilkan dan sulit untuk berbisnis), keluarga Mega-Taufik sangat berhasil di bidang pemasaran BBM, dan masih terus berniat membuka pompa bensin baru, dengan merek Pertamina maupun yang lain. Akhir tahun lalu semua SPBU milik keluarga Mega-Taufik sudah berhasil menjual lebih dari 15 ribu liter gabungan premium, pertamax dan solar. Bahkan salah satu di antaranya, yaitu yang berlokasi di kawasan Pluit, Jakarta Barat, mampu menjual 90 ribu liter sehari. Makanya, mereka sangat diuntungkan dengan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM tahun lalu. Padahal keluarga Taufik Kiemas bukan satu-satunya anggota parlemen yang berjualan minyak. Lalu untuk apa mereka mau menentang masuknya maskapai migas asing, mulai dari hulu ke hilir?
Nah, terserah Anda untuk menilai tulisan George Junus Aditjondro tersebut di atas. Untuk lebih mantapnya Anda baca sepenuhnya isi tulisannya. Ditambahkan lagi untuk melihat-lihat tulisan lainnya pada link http://ws.copernic.com/copern/ws/results/Web/proyek%20tambang%20yusuf%20kalla/1/417/TopNavigation/Relevance/iq=true/zoom=off/_iceUrlFlag=7?_IceUrl=true
Di akhir warta ini, saya mengajak Anda semua untuk berpikir dengan lurus, benar dan berimbang. Bukankah Anda bisa menilai mana yang lebih bersih, atau kalau tidak bisa, Anda bisa menilai mana yang paling diuntungkan secara materi dan mana yang tidak?
Ini juga mungkin yang menjadi alasan SBY untuk berpisah dengan Jusuf Kalla dan memilih Budiono sebagai cawapresnya, karena Budiono bukan seorang businessman, taat beragama, rendah hati, cerdas dan betul-betul pekerja ulet. Barangkali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar