Kamis, September 24, 2009

Deg-degan Ramadan, Lebih Deg-degan Idul Fitri

Ada sensasi perasaan lain ketika menjelang awal Ramadan dan menanti Idul Fitri seperti tahun ini, suatu perasaan deg-degan, gugup, was-was – seperti sedang menanti kelahiran seorang anak, atau perasaan pengantin baru menunggu detik-detik malam pertama?



Perasaan ini sungguh tidak ditemukan, misalnya ketika memasuki Idul Adha, 1 Muharam, 12 Rabiulawal, atau 27 Rajab. Padahal ketiga hari itu juga merupakan hari besar dalam Islam yang diperingati dan juga menggunakan perhitungan tahun Hijriyah. Tetapi tidak pernah ada perasaan takut salah hitung, atau keliru menetapkan.



Ketika menjelang awal Ramadan, sebagian umat Islam seperti serentak dirayapi perasaan takut; takut kesalahan menetapkan awal Ramadan bisa berakibat kurang jumlah hari puasa di tahun itu, dan berarti akan terus berhutang puasa tanpa pernah terbayar. Begitu juga ketika menjelang Idul Fitri, sebagian kita juga takut kalau-kalau kurang jumlah hitungan puasa karena lebih cepat memasuki 1 Syawal, atau bisa kelebihan jumlah hari puasa – dan ini lebih gawat lagi, artinya kita berpuasa di hari Idul Fitri, dan hukumnya haram!



Sensasi perasaan penuh takut dan was-was inilah yang mungkin menjadikan awal Ramadan dan Idul Fitri di antara perorangan atau kelompok-kelompok dalam Islam sering berbeda-beda. Walaupun ada patokan yang diberikan Rasulullah mengenai melihat hilal dan penggenapan puasa menjadi 30 hari apabila tidak bisa melihat bulan di awal Ramadan, hingga saat ini masih saja terdapat perbedaan.


Dulu, ketika Orde Baru masih berkuasa – ketika keseragaman menutup mulut keberagaman – semua ditentukan oleh pemerintah yang berkuasa. Seketika sensasi aneh itu dianggap tuntas – setiap kali menyebut kata ini entah kenapa mulut selalu ingin bilang, tas, tas, taaass – dengan sebuah kalimat: “Semua ormas Islam sepakat, dan ditetapkan oleh Pemerintah, bla…, bla…, bla…”


Tidak terdengar lantang suara orang atau kelompok Islam yang puasa dan lebarannya berbeda. Semua ditampilkan seragam, dan tampak oke saja. Semua bisa dirundingkan dan disepakati. Ataukah dipaksakan?


Di era reformasi ini, semua hal tiba-tiba menjadi bikin takut, was-was, deg-degan, bukan hanya perkara awal puasa dan lebaran, tapi juga urusan-urusan lain, pemilu, teroris, bom, perusahaan tutup, PHK, penggusuran, kelangkaan BBM, kenaikan harga, kisruh hubungan dengan negara tetangga, de el el, de es be.


Namun, di luar permasalahan itu, sensasi perasaan takut, dan deg-degan menjelang awal Ramadan dan Idul Fitri seperti ini, seharusnya tidak membuat umat Islam menjadi terpecah-belah. Tidak seharusnya ada sekelompok umat Islam yang memaksakan kehendaknya, dan merusak kefitrahan hatinya dengan membubarkan shalat Idul Fitri yang dilakukan kelompok lain yang sedang melaksanakannya lebih dulu.


Sumber gambar : http://muslimmatters.org/wp-content/uploads/2007/09/hilal.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar