Rabu, Juli 22, 2009

Status Sosial Silver, Gold atau Platinum

Dalam kehidupan bermasyarakat kita mengakui adanya kelas-kelas sosial. Strata kehidupan itu diukur berdasarkan tingkat ekonomi atau kemampuan material, baik berupa harta yang dimiliki sebagai hasil, atau jabatan dan pekerjaan seseorang sebagai alat pencari harta.


Kelas sosial tertentu yang melekat pada diri seseorang – baik asli maupun dibuat-buat – sangat menentukan tingkat keberadaannya di tengah masyarakat. Kelas sosial tersebut menentukan gaya hidup seseorang dan kedudukannya di mata orang lain, yang semua itu berakibat bagaimana orang lain bersikap terhadapnya.


Di era modern sekarang ini, kelas sosial seseorang bisa disimbolkan dengan apa saja. Bisa dilihat dari tipe atau jenis kendaraan yang sering dinaikinya, bisa dari merek pakaiannya, bisa juga dilihat dari tempat makan-makan yang sering dikunjunginya.


Tapi ada suatu penyimbolan yang terlihat istimewa dan khusus, yakni tingkat sosial seseorang disimbolkan dengan nama logam, seperti silver, gold, platinum, atau titanium. Nama-nama bahan logam mulia ini melambangkan strata sosial yang tinggi, mulia atau sangat dihormati. Tentu saja oleh orang atau lembaga bisnis tertentu yang mengharapkan orang berstatus mulia tersebut mau mengeluarkan uangnya untuk membeli barang atau jasa mereka.


Bank-bank misalnya, menawarkan kepada calon nasabahnya fasilitas kartu kredit dengan penggolongan silver, gold atau titanium. Seseorang yang memiliki kartu kredit silver biasanya hanya mendapatkan limit 3 juta rupiah ke bawah, sedangkan yang gold 10 juta rupiah, dan lebih lagi untuk yang titanium bisa sampai 25 juta rupiah ke atas. Tidak sembarang orang bisa mendapatkan kartu kredit gold atau titanium, karena bank akan menetapkan syarat-syarat tertentu, misalkan jumlah penghasilan dalam sebulan, jenis pekerjaan, omzet atau profit usaha. Syarat-syarat itulah yang membuat tingkat gold dan titanium menjadi istimewa.


Mungkin anda pernah melihat di dalam bandar udara sebuah tempat yang disebut Executive Lounge. Executive Lounge adalah tempat khusus untuk beristirahat bagi orang-orang yang dianggap mulia tersebut. Biasanya dengan bermodalkan memiliki kartu kredit dari bank tertentu dengan tingkat minimum gold, dan menunjukkannya pada saat melakukan pembayaran, maka anda bisa dengan mudah mendapatkan pelayanan istimewa di sana sambil beristirahat di dalam ruangan yang sejuk, harum dan berkesan mewah, sambil menikmati makanan lezat dengan alunan musik syahdu. Anda akan merasa bak seorang eksekutif di sana.


Selain pada kartu kredit atau debit, penggunaan tingkatan dengan nama logam mulia juga dipergunakan oleh produk susu formula bayi. Tingkatan tersebut dilabelkan untuk susu formula paling mahal – harganya di atas 100 ribu rupiah per kaleng – dari sebuah serial produk. Jadi pasti bisa diketahui siapa yang bisa membeli susu formula ini.


Apabila anda ingin mencoba mendapatkan perhatian lebih dari seorang pelayan cantik di supermarket atau hypermarket, cobalah anda mendatangi rak penjualan susu formula untuk bayi. Pegang-pegang kaleng susu formula merek tertentu yang tercantum tulisan platinum misalnya, pada labelnya. Perhatian pertama yang akan anda dapatkan dari si pelayan adalah kecurigaan; pelayan tersebut takut anda akan mencuri kaleng susu tersebut – lihat saja kalengnya yang disegel dengan alat anti pencuri, yang akan berbunyi apabila melintas di depan detektor. Tetapi tentu saja dia dengan manis akan menutupi kecurigaannya dengan bertanya sopan kepada anda. “Anak ibu umurnya berapa?” Dan percayalah sambil berbicara dia memandang penampilan anda dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Karena dia hanya meyakinkan dirinya, apakah betul penampilan anda betul-betul cocok untuk membeli susu formula bayi dengan label platinum.


Ada suatu pengalaman yang cukup menarik tentang orang dengan kartu kredit gold. Ceritanya pada sebuah rumah makan, di suatu malam, ada seorang pria dengan seorang wanita – mungkin pacarnya karena terlihat sangat muda dibanding yang pria – sedang kencan dengan menikmati makan malam sambil bercerita dan sesekali tertawa.


Tapi bagian itu bukan bagian serunya. Pada saat si pria hendak membayar makannya, dia mengeluarkan kartu kreditnya dan memberikannya kepada kasir. Namun si kasir langsung mengembalikan kartu kredit itu. Si pria langsung marah, tanpa mencoba mendengarkan sesuatu yang mau diucapkan di kasir.


“Hei, kartu kredit saya ini gold, tahu?” bentaknya marah kepada si kasir. “Tidak sembarang orang bisa mendapatkan kartu kredit gold.”


“Tapi, Pak ….” Si kasir mencoba menjelaskan, yang langsung dipotong oleh si pelanggan yang sangat marah.


“Oh, kamu pikir saya ini apa, hah! Hayo, mana manajer kamu!”


Dari kejauhan seorang berpakaian rapi, berjas hitam dan berdasi, mendekat ke meja kasir dan berkata dengan sopan, “Maaf, Pak. Mesin gesek kartu kredit kami sedang mengalami gangguan dan tidak berfungsi. Besok pagi baru diperbaiki. Jadi harap Bapak membayar dengan uang tunai saja.”


Tersentaklah si pria dan seketika wajahnya pucat pasi. Sambil mendekat dan memegang tangan si manajer lalu mengajaknya ke belakang, dia berbisik, “Maaf, Mas, saya tidak membawa uang tunai yang cukup. Mas bisa menyimpan ini, nanti besok pagi saya segera ke sini melunasinya.”


Tahukah anda apa yang diberikannya kepada si manajer rumah makan? Bukan kartu silver, gold atau titanium, tapi kartu berwarna biru muda alias Kartu Tanda Penduduk. Kasihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar