Sabtu, Agustus 30, 2008

Golput, Kelompok Perfeksionis Munafik yang Sempurna

Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Opini, Senin 21-04-2008 08:41:56

Pemilihan Umum tahun 2009 sudah di depan mata. Seleksi partai-partai yang akan ikut di dalam Pemilihan Umum Legislatif sedang berlangsung. Ribut-ribut calon presiden dan wakil presiden yang akan bertarung di Pemilihan Presiden (pilpres) pun sudah terdengar di mana-mana. Pesta demokrasi ini seharusnya merupakan pesta seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya pestanya bapak-bapak berdasi yang ingin mencari kursi itu saja. Setiap rakyat yang sudah mencukupi syarat untuk ikut memilih seharusnya, tanpa kecuali, ikut meramaikan dan mensukseskan pesta demokrasi ini.

Tetapi pada kenyataannya, masih ada rakyat yang tidak ikut memilih atau golput alias golongan putih. Siapa tidak kenal golput ? Golput sampai saat ini masih dipenuhi oleh stigma buruk dan makna negatif. Sebagian kalangan menganggap golput sebagai pilihan bodoh, kelompok putus asa, tidak bertanggung jawab, tidak mau ambil risiko, mau enak sendiri, tidak peduli, atau barisan sakit hati. Golput dikatakan sebagai cacat di dalam tubuh demokrasi, bahkan dikatakan menciderai proses demokrasi di negara ini.

Sudah tepatkah stempel ini ditimpakan pada golput ? Kenapakah mereka memilih untuk golput dan melepaskan hak-haknya sebagai rakyat pemilih untuk turut serta menentukan dan memberi warna pada proses demokrasi di negara kita tercinta ini. Ada yang merasa tidak cocok dengan sistem demokrasinya, ada yang merasa tidak cocok dengan orang yang dipilihnya, dan ada juga yang tidak pas dengan bentuk negara, ideologi dan lain sebagainya. Sudah benarkah pilihan sikap mereka untuk menjadi golput ?


Hidup adalah pilihan dan hampir tidak ada kata “abstain” sebagai pilihan

Menurut pengalaman saya sejak kecil sampai dewasa seperti sekarang ini, di dalam hidup selalu terdapat pilihan-pilihan yang “harus” dipilih. Hampir jarang sekali saya menemui suatu pilihan berupa “tidak memilih apa pun” atau “abstain”. Di waktu kecil kita sudah dihadapkan dengan pilihan dari orang tua kita, apakah kita mau makan ikan atau telur, misalnya. Tidak pernah saya menemui suatu pilihan “tidak makan apa pun”. Setelah kita masuk usia sekolah, kita akan dihadapkan pada pilihan sekolah apa yang akan kita masuki, tidak pernah ada pilihan “tidak sekolah di sekolah apa pun”. Setelah lulus SMA kita masih dihadapkan pada pilihan apakah kita ingin meneruskan sekolah ke perguruan tinggi ataukah bekerja, tidak ada pilihan yang namanya “menganggur” untuk dipilih. Dan seterusnya. Bukankah pada saat kita menempuh ujian kita sering dihadapkan dengan soal berbentuk pilihan berganda. Semua siswa diminta untuk memilih a, b, c, atau d. Tidak pernah ada perintah atau anjuran untuk tidak memilih jawaban apa pun.

Kenapa orang memilih untuk tidak memilih ?

Stigma-stigma negatif yang diberikan kepada golput seperti pilihan bodoh, kelompok putus asa, tidak bertanggung jawab, tidak mau ambil risiko, mau enak sendiri, tidak peduli, atau barisan sakit hati rasanya tidak menggambarkan secara utuh tentang motivasi tersembunyi dari orang-orang yang memilih golput.

Motivasi tersembunyi yang saya maksud adalah adanya suatu kesamaan sifat yang mendasar dari setiap individu yang memilih untuk golput, yaitu sifat perfeksionis dan munafik. Perfeksionis adalah sifat dari orang yang mengukur segala sesuatu menurut ukurannya sendiri yang serba sempurna. Sedangkan munafik adalah sifat penuh kepalsuan dengan cara menuntut orang lain untuk selalu benar padahal diri sendiri banyak melakukan kesalahan seperti yang dituntutkan kepada orang lain itu.

Ciri-ciri orang yang perfeksionis antara lain :

- Sering menganggap orang lain tidak pernah benar dalam melakukan sesuatu menurut standarnya.

- Mudah untuk menyalahkan orang lain sebagai yang salah atau tidak sempurna.

- Tidak pernah bisa menentukan pilihan dengan tepat.

- Mudah ragu atas pilihan-pilihan yang telah diambilnya, biasanya mereka cenderung untuk berpindah ke pilihan yang lain, dan begitu terus secara berulang-ulang, sehingga akhirnya bingung dan memutuskan untuk tidak memilih apa pun.

- Sering tidak puas atas apa yang telah dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dan akhirnya sulit menemukan kebahagiaan hidup.

Ciri-ciri orang munafik (menyarikan dari hadist Rasulullah SAW) :

- Apabila berbicara banyak bohongnya.

- Apabila berjanji lebih banyak mengingkarinya.

- Apabila diberi amanah atau tanggung jawab lebih banyak melakukan penyelewengan atau pengkhianatan dan pelanggaran.

Tidak ada manusia yang sempurna

Ungkapan ini bukan ungkapan basa-basi. Tapi merupakan kenyataan hidup yang harus diterima. Jangankan orang lain, kita sendiri pun sangat tidak sempurna. Apa pun yang diinginkan untuk dimiliki tapi tidak bisa dimiliki oleh kita, itu merupakan tanda dari ketidaksempurnaan kita. Bila kita sendiri terus menuntut kesempurnaan itu terhadap diri kita, pastilah kita akan menjadi salah satu orang yang paling tidak berbahagia di dunia ini. Apa jadinya bila kita menambah ketidakbahagiaan itu dengan cara menuntut kesempurnaan tersebut atas diri orang lain ? Tentu akan berlipat ganda ketidakbahagiaan kita. Dan hidup kita pun betul-betul sempurna dalam ketidakbahagiaan.

Calon-calon presiden dan calon-calon legislatif itu juga manusia, yang tidak sempurna sedikit pun, sama apabila dibandingkan dengan kita sendiri. Jadi kenapa kita harus menuntut kesempurnaan dari mereka, sementara kita selalu berkutat dengan kesalahan yang sama setiap harinya ? Apakah itu tidak menunjukkan bahwa kita ini perfeksionis munafik yang sempurna ? Kita meragukan kepemimpinan mereka, sementara kita sendiri sudahkan memimpin anak-anak kita, karyawan di kantor kita, atau bahkan meminpin diri kita sendiri dengan benar dan baik ?

Hidup harus banyak bersyukur dan instrospeksi diri

Rasa syukur terhadap apa-apa yang sudah diperoleh dan dimiliki, akan menciptakan rasa bahagia yang tak pernah bisa habis. Bukankah kita hidup di dunia ini menginginkan kebahagiaan ? Tetapi tentu saja tidak ada kebahagiaan yang sempurna. Kesempurnaan hanyalah milik yang Maha Kuasa, sedangkan ketidaksempurnaan adalah milik kita, manusia.

Karena kita mengetahui bahwa ketidaksempurnaan adalah milik kita, maka hendaklah kita lebih banyak bercermin melihat kekurangan kita sendiri. Sudahkan apa-apa yang jelek dan kita menganggapnya terdapat pada orang lain, tidak terdapat juga pada diri kita ? Sudahkan kita menghitung-hitung berapa banyak kesalahan dan dosa-dosa yang sudah dibuat oleh kita yang ternyata sama dengan kesalahan atau dosa orang lain yang kita prasangkai ?

Nah, marilah kita memilih untuk tidak golput di pemilu nanti. Jangan berprasangka buruk dulu terhadap calon-calon kita itu, tapi teruslah berdoa kepada Tuhan agar mereka yang kita pilih mendapatkan bimbingan dari Tuhan dalam bekerja dan menunaikan tanggung jawabnya. Kebenaran pasti menang dan kebatilan pasti akan kalah. Mari kita bersama-sama mensukseskan Pemilihan Umum Tahun 2009 demi bangsa dan negara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar