Suksesi kepemimpinan, baik di tingkat nasional maupun lokal selalu diwarnai trik dan intrik. Strategi-strategi politik, lobbying-lobbying, sampai kegiatan yang bersifat supranatural akan ditempuh, demi memenangkan sebuah pertarungan politik dalam rangka perebutan kursi kepemimpinan. Pembentukan tim sukses seorang bakal calon selain terdiri dari pakar-pakar ilmu politik dan pemerintahan, sosial budaya maupun keamanan dalam hal ini jasa para preman (sebagai bodyguard, pengawal), biasanya akan dilengkapi juga dengan unsur-unsur dari kalangan supranaturalis agamis, seperti unsur ulama dan kalangan habaib, namun ada juga yang menggunakan jasa-jasa supranaturalis magis, seperti dukun, balian, atau cenayang.
Bantuan supranaturalis sebagai bagian dari strategis taktis
Penataan strategis politik secara taktis di permukaan akan memerlukan pemikiran-pemikiran yang bersifat keilmuan berupa analisa politik, sosial maupun budaya dalam rangka membaca situasi dan kondisi masyarakat pemilih dalam hubungannya dengan kemungkinan kemenangan bakal calon. Penataan strategis ini akan dirasa kurang apabila belum menyertakan informasi yang diperoleh secara ghoib, baik oleh supranaturalis agamis maupun supranaturalis magis, karena informasi supranatural biasanya melihat sesuatu yang tersembunyi secara intuitif yang mungkin luput dari pengamatan pakar-pakar ilmu umum.
Telaah dari persfektif supranatural agamis adalah telaah yang bersifat menyeluruh, tanpa mengenal batas ruang waktu (telaah masa lalu, kekinian dan masa depan) dan bersifat mendalam (hikmah). Telaah ini dilakukan oleh kalangan supranaturalis agamis yang juga sering disebut spiritualis. Bagi bakal calon yang agamis tindakan berupa kunjungan kepada kalangan spiritualis akan dilakukan dengan pengharapan mendapatkan restu dari pihak-pihak spiritualis tersebut, seperti para ulama dan habaib atau pemimpin agama lainnya, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Bila spiritualis tersebut masih hidup, kunjungan kepadanya biasa disebut sowan atau berkunjung untuk minta restu, sedangkan apabila spiritualis tersebut telah meninggal dunia (biasanya para ulama dan habaib yang diyakini mempunyai kedudukan tinggi dalam derajat keilmuannya maupun kedekatannya dengan Tuhan atau waliyullah) biasa disebut ziarah. Bagi bakal calon yang agamis, tindakan minta restu ini adalah dalam rangka hubungan antar manusia saja, karena mereka berkeyakinan bahwa kedudukan yang tinggi dari spiritualis tersebut di hadapan Tuhan akan mempermudah kemenangan mereka.
Sedangkan bagi bakal calon yang tidak begitu kuat keimanannya terhadap Tuhan, penggunaan jasa dari kalangan supranaturalis magis akan menjadi pilihan, selain mungkin juga menggunakan jasa spiritualis agamis sebagai alternatif. Dalam istilah masyarakat umum disebut "mengambil jalan kiri dan kanan atau hitam dan putih". Jasa yang diminta dari kalangan supranaturalis magis biasanya adalah jasa untuk mengalahkan lawan politik dengan berupaya melemahkan kondisi fisik dan mental rival politik dalam rangka memuluskan jalan si bakal calon memenangkan sebuah suksesi kepemimpinan. Seorang supranaturalis magis biasanya menggunakan ilmu hitam (black magic) atau ilmu yang berada di luar jalur agama, namun ada juga yang mencampur antara ilmu agama dengan ilmu hitam. Ilmu hitam atau biasa disebut black magic adalah ilmu yang menggunakan jasa-jasa makhluk gaib seperti jin atau setan. Seorang supranaturalis magis akan memerintahkan kepada jin atau setan tersebut untuk menyakiti atau membunuh lawan politik dari bakal calon yang memakai jasanya. Tindakan seperti inilah yang secara umum disebut santet atau guna-guna.
Perang bintang, pertempuran tidak kasat mata
Setiap bakal calon akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenangkan sebuah pertarungan politik dalam sebuah proses suksesi kepemimpinan. Perang taktis penguasaan massa calon pemilih akan dilakukan dengan berbagai upaya dalam rangka merebut hati masyarakat pemilih agar memberikan suaranya kepada si bakal calon. Kampanye, baik yang terselubung maupun yang resmi di masa kampanye akan selalu menghiasi hari-hari menjelang sebuah pemilihan. Perang psikologis dalam rangka membujuk dan merayu masyarakat pemilih akan ditempuh. Dari mulai memberikan hadiah, baik berupa uang maupun barang, menebarkan janji-janji politik sampai upaya menjelek-jelekkan lawan politik agar jatuh nama baiknya di mata masyarakat.
Selain usaha nyata dan kasat mata secara politis, tindakan secara supranatural juga dilakukan dengan gencar. Masing-masing bakal calon akan berupaya melakukan upaya-upaya supranatural untuk melemahkan lawan politiknya. Dukun-dukun bekerja keras mengirimkan ilmunya kepada lawan politik dari pihak pemesan. Begitu juga pihak yang diserang akan berupaya menangkis atau bahkan balas menyerang. Dalam hal ini penggunaan ilmu putih (white magic) atau ilmu hitam (black magic) akan dipergunakan semaksimal mungkin dalam sebuah pertempuran yang disebut perang bintang.
Akibat nyata yang terjadi sebagai hasil dari sebuah perang bintang memang sulit untuk dideteksi dengan inderawi atau dibuktikan sebagai hasil dari sebuah pertempuran magis. Karena sifat dari alam supranatural yang bersifat maya, maka akibat langsung dari sebuah perang bintang tidak bisa dianalisa dan tidak mempunyai konsekuensi hukum. Apabila ada bakal calon yang kemudian sakit dan atau meninggal sehingga tidak bisa melanjutkan keikutsertaannya dalam sebuah suksesi kepemimpinan, maka tidak ada pihak-pihak yang bisa memastikan bahwa yang bersangkutan adalah seorang korban dari perang bintang. Kecuali tentunya seorang dukun atau seorang spiritualis yang mempunyai kemampuan supranatural yang dapat menganalisanya atau melihatnya dengan kemampuan batinnya.
Sebuah bahan penilaian bagi masyarakat
Bagi masyarakat pemilih, tindakan-tindakan seorang bakal calon dalam berupaya memenangkan sebuah pertempuran politik dalam suksesi kepemimpinan mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka pemberian suaranya kepada bakal calon. Strategi-strategi politik dan taktik yang diambil si bakal calon dapat dijadikan ukuran bagi masyarakat pemilih bagaimana sebenarnya profil seorang pemimpin yang didukungnya. Bisa jadi masyarakat yang agamis akan menilai tindakan yang agamis dari si bakal calon sebagai bahan pertimbangan bagi mereka dalam rangka mencari sosok yang pantas sebagai pemimpin, dan bisa jadi bakal calon yang "kiri oke, kanan pun oke" atau "hitam iya, putih pun iya" akan dijauhi dan tidak didukung. Atau mungkin bagi sebagian kalangan di masyarakat yang tidak begitu meyakini hal-hal yang berbau supranatural tidak akan begitu memperdulikan tindakan-tindakan yang bersifat supranatural yang dilakukan si bakal calon, dan lebih memilih untuk menilai secara politis maupun sosial budaya dalam menentukan pilihannya.
Pilihan memang berada di tangan rakyar pemilih. Berbagai upaya dari bakal calon menjadi sah-sah saja dalam dunia perpolitikan. Apabila dikemudian hari ada resiko yang harus ditanggung oleh bakal calon atau para pendukugnya, sebagai akibat langsung dari langkah-langkah strategis dan taktis yang telah diambil, tentu akan menjadi sebuah harga yang harus dibayar. Sedangkan hasil akhir dari sebuah suksesi kepemimpinan benar-benar mutlak berada di tangan rakyat sebagai bagian dari demokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar