Sabtu, Agustus 30, 2008

Humor Selebritis dan Politisi (Intermeso) Episode 2

Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Gaya Hidup, Kamis 17-04-2008 13:17:14


Doa Sang Pemimpin

Di tahun-tahun awal setelah kemerdekaan dulu, ketika Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia, rakyat kita saat itu sangat geram dan marah dengan negara tetangga kita itu disebabkan Malaysia dianggap memihak kaum penjajah dan mendukung imperialisme. Sampai-sampai apa saja yang berbau Malaysia dihujat dan dicaci serta menjadi sasaran kemarahan.

Konon karena marahnya, presiden kita pada masa itu, yang kata sebagian orang mempunyai kelebihan supranatural bahkan disetarakan dengan waliyullah, sampai pernah sesumbar, dan berkata, ”Saya akan bikin seperti Kuala Lumpur itu di Indonesia.” Mungkin maksud beliau Jakarta akan dibikin semegah Kuala Lumpur, karena semangat bersaing dengan negara tetangga itu begitu luar biasa pada saat itu.

Memang setelah beberapa dekade kemudian Jakarta benar-benar semegah Kuala Lumpur. Tapi sayang, karena kelebihan kesaktiannya, Kuala Lumpur yang ada di Indonesia menjadi dua, yaitu yang pertama adalah Jakarta dan yang kedua ada di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo sekarang.

--oo00oo—

Profesi Lama

Seorang artis sinetron terkenal, yang telah berhasil menjadi seorang bupati setelah memenangkan pilkada di suatu kabupaten beberapa waktu yang lalu,. suatu saat sedang diwawancarai oleh seorang wartawan di sela-sela pertemuan para bupati se-Indonesia di Jakarta. Berikut petikan wawancaranya.

“Pak, apa Bapak tidak berminat kembali untuk bermain sinetron, Pak ?” Tanya seorang wartawan kepada sang bupati.”Seandainya ada tawaran bermain sinetron, apa Bapak mau menerimanya ?”

Sambil tertawa dengan gaya seorang pejabat tinggi, sang bupati pun kemudian menjawab, ”Ah, buat apa saya kembali ke profesi lama. Bukannya saya anggap penghasilan sebagai pemain sinetron lebih kecil, atau penghasilan sebagai bupati lebih besar. Bukan, bukan begitu !”

“Lantas apa alasannya, Pak ?”Tanya si wartawan terus mendesak.

Dengan mendehem, sang bupati yang dulunya juga pernah duduk di kursi dewan itu pun menjawab, “Jabatan saya sebagai bupati sekarang ini, menurut saya sama dengan jabatan saya sebagai wakil rakyat dulu, yaitu sama-sama harus lihai bersandiwara. Baik bersandiwara di depan sidang dewan, maupun bersandiwara di tengah masyarakat. Jadi buat apa saya kembali menjadi pemain sinetron ?”

--oo00oo--

Gedung Opera

Rencana pemugaran gedung wakil rakyat di Jakarta mendapatkan sambutan yang antusias dari masyarakat, khususnya para arsitek. Banyak para arsitek yang mengajukan gambar rancangan bentuk bangunan gedung wakil rakyat tersebut, baik arsitek dari dalam negeri maupun luar negeri.

Yang cukup mengagetkan adalah ternyata arsitek yang rancangannya berhasil mendapatkan persetujuan sebagian besar anggota dewan adalah seorang arsitek yang berasal dari negara kangguru, Australia. Wah, kenapa jauh-jauh amat ? Apa di Indonesia arsiteknya pada bodoh-bodoh semua ?

Ternyata penyebab rancangan yang berhasil merebut hati sebagian besar anggota dewan tersebut adalah bukan karena efisiennya rancangan dari segi finansial (karena bagi anggota dewan, efisien tidak termasuk syarat dalam pembangunan kembali gedung tersebut), tapi karena bentuk dan fungsinya. Selidik punya selidik ternyata rancangan tersebut meniru gedung opera di Canberra, Australia yang terkenal itu.

“Saya yakin sandiwara yang kami pentaskan nanti akan menjadi lebih hidup di dalam bangunan seperti ini,” komentar salah seorang anggota dewan tersebut dengan bangga.

--oo00oo--

Ironi Seorang Feminis

Suatu petang setelah kelelahan sehabis pulang dari pertemuan aktivis feminisme se Indonesia, wanita yang juga seorang pekerja di sebuah perusahaan swasta itu pun terhenyak berbaring di sofa rumahnya. Dengan memejamkan mata, dia mencoba sebentar untuk tidur, menghilangkan rasa capek yang membuat seluruh tubuhnya terasa sakit.

Tak lama kemudian hujan pun turun dengan lebatnya, udara dingin yang tiba-tiba datang membuat matanya semakin terbuai untuk terus terpejam dan tidur. Dalam tidurnya perempuan usia tigapuluhan ini pun bermimpi, bagaimana bergelegarnya dia tadi berorasi di depan puluhan aktivis pembela hak-hak perempuan. Sambil mengacungkan tangan ke udara, dia dengan bersemangatnya menyampaikan pemikirannya tentang persamaan gender dan sudah saatnya dominasi kaum laki-laki dilawan.

Tiba-tiba dia pun terbangun dari mimpinya yang indah. Seperti ada yang menciprati wajahnya dengan air. Dicarinya dari mana datangnya air yang membasahi wajahnya. Dilihatnya ke atas, wah ternyata atap gentingnya bocor dan air hujan merembes lewat plafon rumahnya lalu menetes ke wajahnya, sehingga membuatnya terbangun tadi. Secara otomatis dia pun berteriak, ”Pah !” panggilannya kepada suaminya, ”Cepat ke sini. Ini genting kita bocor. Dibetulin, dong, Pah ! Nanti pada basah semua di sini !”

“Wah, ngga bisa sekarang, Mah !” balas suaminya dari belakang dengan berteriak. ”Papah khan masih mencuci pakaian. Ini juga si kecil anak kita minta dimandiin. Mamah aja, dong sendiri yang betulin. Khan tinggal ambil tangga, nanti gentingnya tinggal di kembalikan ke cantolannya !”

Si isteri sang aktivis persamaan gender itu pun balas berteriak dengan marah, ”Papah ini gila, apa ya. Aku ini khan perempuan, apa pantas perempuan naik ke atap rumah dan betulin genteng. Apa kata orang nanti ? Itu khan pekerjaan laki-laki, Pah !”

--oo00oo—


Tidak ada komentar:

Posting Komentar