
Panjang umur adalah idaman semua orang. Berbagai usaha manusia yang berhubungan dengan kesehatan tubuh, seperti menjaga kebugaran tubuh, mengatur jumlah gizi dan nutrisi makanan, kontrol penyakit (check up), dan terapi pengobatan adalah dimaksudkan untuk memperoleh umur yang lebih panjang.
Selain upaya fisik, manusia juga melakukan usaha kejiwaan agar mendapatkan umur panjang. Usaha-usaha itu seperti meditasi, peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah keagamaan, terapi-terapi psikologis, atau upaya-upaya alternatif lainnya. Usaha kejiwaan bertujuan mencari ketenangan batin, yang akhirnya diliputi oleh perasaan nyaman, aman dan bahagia. Ketenangan jiwa inilah yang diharapkan akan ikut membantu kesehatan badan menjadi lebih baik, sehingga seseorang mendapatkan usia yang lebih lama.
Asal kata dan istilah statistik
Dari segi bahasa, kata harap bersinonim dengan kata asa, ingin, hendak atau mau. Kata bentukannya adalah mengharap, mengharapkan (kata kerja), harapan (kata benda), dan pengharapan (kata benda). Sedangkan frasa bentukannya adalah putus harapan dan harap-harap cemas. Dalam penggunaannya kata harap juga dipadankan dengan kata mohon, sehingga bermakna lebih halus, rendah hati, dan sangat.
Di dalam statistik dikenal istilah Angka Harapan Hidup, yang definisinya adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tertentu, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Pembahasan kata harap dan bentukannya, serta istilah Angka Harapan Hidup tersebut di atas sangat erat kaitannya dengan keseluruhan pembahasan kita ini.
Harapan-harapan adalah kunci rahasia panjang umur
Apabila anda sekarang masih kuliah atau berstatus mahasiswa, apakah harapan anda dalam waktu dekat? Mendapatkan nilai A dalam final test, memperoleh pacar yang sesuai keinginan, atau mendapatkan tempat kos baru yang lebih murah, tapi lebih nyaman?
Itu semua adalah harapan-harapan. Dan itu semua wajar adanya, dan tidak seorang pun yang bisa menyalahkan anda karena harapan-harapan itu. Anda bisa menetapkan harapan-harapan sebanyak anda mau, dan tidak orang yang boleh keberatan dengannya.
Bagaimana dengan harapan-harapan anda dalam waktu yang lebih jauh, sebulan, setahun, atau bahkan sepuluh hingga dua puluh
Apa gunanya daftar harapan-harapan itu?
Daftar harapan-harapan itu untuk memberi pekerjaan kepada otak anda. Anda pikir siapa yang selama ini bekerja mengelola tubuh dan jiwa anda? Mengatur suplai makanan ke sel tubuh, membagikan oksigen dan mengeluarkan racun tubuh, membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit, bahkan memberi pengaruh kepada jiwa untuk merasa sedih, gembira, gelisah, tenang, dan bahagia? Dia adalah otak anda. Sinyal-sinyal listrik yang dikirimnya melalui ujung-ujung syaraf yang terpancar dari sumsum tulang belakang – syaraf simpatik dan parasimpatik – telah menghidupkan jantung anda, paru-paru, dan seluruh organ tubuh, yang sekarang membuat anda disebut hidup.
Kita umpamakan otak adalah seorang pekerja di sebuah pabrik yang sedang menjalankan mesin-mesin produksi. Kalau dari bagian perencana produksi tidak ada instruksi untuk memproduksi barang pada semester depan disebabkan ekspor telah dihentikan, apakah si pekerja tadi akan terus bekerja memproduksi barang melebihi kebutuhan semester ini? Tentu saja tidak. Itulah mekanisme kerja otak. Dia hanya melakukan apa yang memang dibutuhkan oleh si manajer, yaitu anda.
Apabila anda tidak mempunyai daftar harapan-harapan, sama artinya anda tidak mempunyai rencana produksi. Oleh otak ditafsirkan bahwa anda tidak mempunyai keinginan untuk hidup lebih lama lagi, maka mesin-mesin – jantung, paru-paru, ginjal dan lain-lain – akan dimatikan karena tidak dibutuhkan untuk menghidupkan tubuh, yang akan bergerak dan bekerja merealisasikan harapan-harapan tadi. Prosesnya mungkin tidak secepat yang anda sangka, tapi perlahan seiring dengan menurunnya fungsi organ-organ tersebut dan penurunan daya tahan tubuh. Semakin sedikit harapan-harapan anda, semakin cepat waktu yang dibutuhkan oleh otak untuk menghentikan kegiatannya. Atau dengan kata lain, semakin pendek umur anda.
Putus asa, sikap kontra produktif yang harus dihindari
Menurut statistik, setiap tahun kematian akibat bunuh diri lebih banyak jumlahnya dibandingkan kematian karena pertikaian bersenjata. Pada tahun 2000 di AS, ada 1,7 kali lebih banyak orang tewas membunuh diri sendiri daripada dibunuh oleh orang lain. Di Inggris tahun 2002 diadakah survey, dan diketahui satu di antara enam orang dewasa sudah pernah memikirkan upaya untuk bunuh diri. Badan Pusat Statistik Nasional Inggris menemukan bahwa lebih dari 4 persen dari mereka yang berusia antara 16 dan 74 tahun pernah berupaya untuk bunuh diri. Bahkan menurut WHO, selama 45 tahun terakhir, angka rata-rata bunuh diri sudah bertumbuh menjadi 60 persen di seluruh dunia. WHO memperkirakan bahwa satu juta orang meninggal karena bunuh diri sepanjang tahun 2000, dan sepuluh hingga dua puluh kali lebih banyak yang berupaya bunuh diri. Dewasa ini di dunia, bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di kalangan mereka yang berusia antara 15 hingga 34 tahun, dan menewaskan lebih banyak orang daripada pertikaian bersenjata. (50 Facts that Should Change the World oleh Jessica Williams)
Bagaimana dengan orang yang tidak melakukan bunuh diri, tapi merealisasikan rasa putus asanya dalam bentuk tidak mempunyai harapan-harapan? Akibatnya akan sama, walaupun prosesnya tidak secepat aksi bunuh diri seperti disebutkan di atas. Seperti diuraikan sebelumnya, tidak mempunyai harapan-harapan sama dengan memberikan perintah untuk berhenti bekerja pada otak, dan ini berarti kematian. Prosesnya perlahan, tapi pasti, selama harapan-harapan itu tidak pernah muncul lagi.
Berpikir positif melahirkan prasangka baik yang mengandung harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar