Senin, Agustus 31, 2009

Jangan Kehilangan Iman Ketika Asyik Beribadah di Bulan Ramadhan

Setiap tahun kehadiran Ramadhan selalu disambut umat Islam dengan kegiatan beragam. Ada orang yang sibuk dengan perniagaannya yang semakin ramai di bulan puasa, ada yang sibuk mencari uang untuk mudik dan memberli baju baru untuk keluarga, tetapi ada juga yang mengisi Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.


Bulan Ramadhan sebagai bulan suci, siang atau malamnya, memang seharusnya disemarakkan dengan ibadah-ibadah sunah, seperti shalat tarawih, tadarus Alquran dan dzikir kepada Allah Swt, selain shalat-shalat wajib tentunya. Tetapi perlu diingat dan diperhatikan, keinginan untuk meramaikan bulan suci ini, jangan sampai menjadi ajang kehilangan iman secara beramai-ramai.


Anda pasti kaget dengan uraian di atas. Ada apa dengan ibadah-ibadah di malam Ramadhan, sampai keimanan seorang mukmin bisa hilang?


Nikmatnya beribadah dan kondisi tetangga di sekitar


Setiap hari menjelang berbuka puasa, sebagian dari kita biasanya mempersiapkan beragam makanan yang serba nikmat, dari minuman yang menyegarkan kerongkongan yang kering seharian tidak tersentuh air, sampai bermacam-macam kue atau hidangan makan malam yang menggugah selera.


Ketika beduk magrib sudah tiba, semua makanan dan minuman itu sepertinya mau dihabiskan semua, dan baru berhenti ketika perut sudah mulai terasa sakit dan tidak bisa bangkit lagi untuk shalat Magrib.


Tetapi, apakah kita sudah menyelidiki kondisi tetangga kita? Masih adakah di antara tetangga kita yang hidup tidak berkecukupan, yang mungkin pada saat kita berbuka itu ternyata tidak mempunyai apa pun untuk dimakan? Begitu juga untuk mereka sahur besok pagi? Mereka bukan peminta-minta dan tidak mau melakukannya. Mereka hanya berdiam diri menahan kemiskinan mereka.


Berdosalah kita yang membiarkan kondisi mereka itu, sementara kita makan berlebihan dan hampir tidak bisa beribadah karena kekenyangan. Padahal dari Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang tidur pada malam hari dengan keadaan perut kenyang sementara tetangganya kelaparan di sebelahnya dan dia mengetahui hal tersebut.” (HR. Thabrani).


Ketika seorang shaimin berbuka, seharusnya merasakan kebahagiaan terbesar sebelum bertemu dengan Tuhannya, ternyata orang yang membiarkan tetangganya kelaparan tersebut harus kehilangan imannya saat itu.


Sehabis berbuka, kaum muslimin beramai-ramai menuju mesjid untuk shalat Magrib dan Isya’ berjamaah, dan kemudian dilanjutkan dengan shalat sunah tarawih. Azan berkumandang dengan indahnya, kemudian orang beramai-ramai shalat dan berdzikir di dalam mesjid, surau atau musholla. Suara keras berkumandang melalui pengeras suara di luar mesjid, memperdengarkan ramainya orang shalat berjamaah, bershalawat, berdzikir dan bertadarus Alquran sampai malam.


Mereka beramai-ramai mencari pahala dan ridho Allah Swt, tetapi ternyata hanya kehilangan iman yang diperolehnya. Kenapa?


Di sekitar mesjid itu banyak terdapat rumah penduduk. Adakah di antara jamaah mesjid itu yang mengetahui dengan pasti bagaimana kondisi para penghuni rumah-rumah itu? Adakah orang tua renta yang perlu beristirahat? Adakah orang-orang sakit yang harus tidur untuk memulihkan kondisinya? Adakah anak-anak bayi yang harus tidur malam itu, sedangkan si ibu pun sudah sepanjang hari berpuasa dan tidak bisa tidur untuk menjaga anak itu? Sementara itu para jamaah memperdengarkan suara keras keluar mesjid sepanjang malam, dari mulai Magrib hingga tarawih selesai.


Padahal dari Abu Syuraih r.a. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya, “Siapa itu, Ya Rasulallah?” Jawab Nabi, “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (H.R.Bukhari)


Semoga Allah Swt menjauhkan kita dari keadaan seperti itu. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar