Minggu, Agustus 30, 2009

Rahasia Bahagia Tak Pernah Kering

Kebahagiaan adalah dambaan setiap insan yang sedang menjadi musafir di dunia ini. Bersekolah, bekerja, membina cinta dan rumah tangga adalah dalam rangka meraih kebagaiaan itu. Titik-titik keringat, helaan nafas, dan otot yang mengeras adalah bukti dari usaha keras kita itu.


Sudahkah anda mendapatkannya? Ataukah kebahagiaan yang serasa sudah di tangan, tiba-tiba lenyap ketika permasalahan hidup belum benar-benar tuntas? Kapan anda benar-benar merasa bahagia yang tidak pernah berkurang kadarnya, dan tidak menguap ke angkasa lalu berganti dengan kesedihan?


Untuk menjawab semua itu, marilah kita simak ilustrasi berikut ini. Semoga hikmahnya membimbing kita untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan sejati yang selalu kita dambakan.


Suatu masa, ada seorang raja yang mempunyai seorang putri dengan kalung berlian cantik yang sangat dicintainya. Kalung itu telah dicuri dan segenap rakyat di kerajaan itu mencari ke seluruh penjuru negeri, tetapi tidak dapat menemukannya. Ada orang yang bilang bahwa seekor burung mungkin telah mencuri kalung itu. Raja lalu memerintahkan semua orang untuk mencarinya dan dia akan memberikan balas jasa sekotak uang emas bagi siapa pun yang berhasil menemukan kalung itu.


Suatu hari seorang pegawai istana sedang berjalan di sepanjang tepi sungai yang bersebelahan dengan sebuah kawasan pertambangan. Sungai ini sangat kotor dan berbau. Ketika dia sedang berjalan, si pemuda melihat sesuatu yang gemerlapan di dalam sungai, dan ketika dia memperhatikan dengan seksama, ternyata sebuah kalung berlian. Dia teringat kalung berlian putri raja yang hilang. Dia memutuskan untuk mencoba meraihnya dengan harapan bisa mendapatkan hadiah sekotak uang emas dari raja apabila dia berhasil mendapatkannya. Dia memasukkan tangannya ke dalam air sungai yang kotor dan mencoba mengambil kalung, tetapi entah bagaimana kalung itu terlepas, dan dia tidak bisa meraihnya. Dia menarik tangannya keluar dari air, melihat ke dalam air dan kalung berlian itu masih ada di sana. Dia akan mencobanya lagi. Sekarang dia berjalan perlahan ke dalam sungai, membiarkan celananya basah dan kotor, lalu memasukkan seluruh tangannya ke dalam air untuk mengambil kalung itu. Tetapi anehnya, dia masih tidak bisa mendapatkan kalung itu. Dia keluar dari sungai, dan berjalan menjauh dengan perasaan tertekan.


Muncul perasaan marah dalam hatinya ketika dia melihat kembali kalung berlian masih ada di dalam air. Sekarang dia bertekad untuk mendapatkannya, apapun yang akan terjadi. Dia memutuskan untuk menceburkan diri ke dalam sungai, meski pun sangat menjijikan untuk dilakukan karena air sungai itu sangat kotor, dan seluruh badannya akan menjadi kotor dan berbau. Dia segera bercebur dan menyelam ke dalam air, lalu mencari ke mana-mana untuk mendapatkan kalung berlian, namun dia tetap mengalami kegagalan. Sekarang dia kebingungan dan dengan perasaan sangat tertekan disebabkan tidak bisa mendapatkan kalung berlian itu, dan berarti gagal untuk mendapatkan hadiah sekotak uang emas dari raja.


Tidak beberapa lama kemudian, lewatlah seorang pertapa suci dan bertanya kepada si pemuda, apa yang sedang dilakukannya dengan badan basah dan kotor berbau seperti itu. Si pegawai istana tidak ingin berbagi rahasia dengan si pertapa, pikirnya pertapa itu akan mengambil kalung berlian untuk dirinya sendiri, maka dia menolak untuk mengatakan apa pun kepada si pertapa suci. Tetapi pertapa suci itu bisa melihat kalau pemuda itu sedang kesusahan dan dia menjadi iba. Sekali lagi dia meminta pemuda itu untuk mengatakan kepadanya masalahnya dan dia berjanji untuk tidak akan menceritakannya kepada siapapun. Si pegawai istana mengumpulkan keberaniannya dan memutuskan untuk menaruh kepercayaan kepada si pertapa suci. Si pemuda kemudian bercerita seputar masalah kalung berlian putri raja itu kepada si pertapa, dan bagaimana dia telah mencoba, dan mencoba lagi untuk mengambilnya, tetapi tetap saja mengalami kegagalan. Si pertapa suci lalu berkata kepada si pemuda bahwa barangkali dia perlu mencoba melihat ke atas, ke cabang-cabang pohon, dari pada terus mencari ke dalam sungai yang kotor. Si pemuda mengikuti saran si pertapa suci dan memandang ke atas, dan benar kalung itu sedang tergantung di sebuah cabang pohon. Jadi selama ini, dia berusaha untuk meraih sebuah bayangan kalung berlian yang memantul di permukaan sungai dari kalung sebenarnya yang sedang tergantung di cabang pohon itu!


Hikmah dari kisah ini adalah dunia ini hanyalah seperti sungai yang kotor, sementara kebahagiaan materi – seperti kalung berlian tadi – hanyalah semata-mata cerminan dari kebahagiaan yang nyata, yang ada di dalam dunia spiritual kita.


Kita tidak akan pernah dapat mencapai kebahagiaan yang kita cari, seberapa pun kerasnya kita mencari di dalam materi dunia. Sebagai gantinya kita harus melihat ke atas, kepada Allah Swt, sumber dari kebahagiaan yang sesungguhnya, dan berhenti mengejar pantulan dari kebahagiaan ini di dalam materi dunia. Kebahagiaan rohani adalah satu-satunya yang dapat membuat kita merasa cukup dengan sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar