Rabu, Januari 07, 2009

Horor di Gaza, Bibit Kekerasan di Masa Depan


Ada lingkaran setan yang tidak terputus dari sebuah perang. Dendam yang tidak berkesudahan. Seperti tidak pernah berakhirnya pertikaian antara Palestina dan Israel yang merupakan warisan dendam turun-temurun, dari generasi ke generasi.


Seperti cerita Muhammad Abu Hassanin, anak laki-laki Palestina yang masih kecil, tetapi sudah cukup besar untuk mengerti ketakutannya akan serangan-serangan yang sedang dilakukan oleh Israel di Gaza.


“Ketika orang Yahudi membom kami, saat itu kami sedang tidur, Hassanin berkata, ‘Kami jadi takut,’ " kata seorang penerjemah dari TV Hamas.


Tercatat sepertiga dari korban-korban yang dirawat di rumah sakit utama di Gaza adalah anak-anak seperti Hassani, seperti diungkapkan seorang dokter asing. Dan sekarang Hamas dan medianya menjadikan mereka sebagai tampilan akibat serangan-serangan itu.


Anak-anak telah menyaksikan gambaran-gambaran yang mengerikan dari tragedi itu. Ada teman-teman mereka yang terluka atau terbunuh, dan juga tubuh-tubuh berlumuran darah di jalan-jalan. Dan bagi Hassanin gambaran memilukan itu tidak akan pernah dilupakannya. Ia akan menyimpannya dalam pikiran sampai ia cukup dewasa untuk melakukan sesuatu tentang itu.


"Apabila kami sudah cukup besar, kami akan mengebom mereka juga," jelas seorang penerjemah dari CNN mengutip perkataan anak laki-laki itu di Hamas TV.


Seorang dokter jiwa di Gaza berpendapat bahwa perang ini bisa berakibat sebuah masa depan yang menakutkan yang mana anak-anak yang menjadi saksi mata suatu kekerasan akan berkeinginan untuk melakukan hal yang sama di masa depan.


Eyad el Sarraj, seorang ahli psikiatri dari Gaza berkata, "Sekarang ini anak-anak itu sedang mengalami trauma yang serius, dan aku kawatir akan masa depan mereka. Anak-anak intifada yang pertama sedang melemparkan batu-batu ke tentara Israel. Dan disebabkan oleh trauma yang dialaminya, 10 tahun kemudian anak-anak yang sama bisa menjadi pelaku bom bunuh diri."



Bukan hanya bagi anak-anak Palestina, bagi anak-anak Yahudi perang ini juga berdampak yang sama. Ketakutan akan perang yang tidak pernah berakhir, kebencian yang ditanamkan oleh orang tua mereka terhadap bangsa Palestina dan bangsa lain, menjadikan mereka bibit-bibit agresor di masa depan nanti.


Akhirnya kita hanya menjadi saksi sebuah konflik tanpa akhir sampai salah satu atau kedua-duanya lenyap dari muka bumi. Tidak adakah jalan keluar dari semua itu?



http://edition.cnn.com/2009/WORLD/meast/01/05/gaza.children/index.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar