Hidup adalah sekolah besar. Gurunya adalah pengalaman, bukunya adalah alam dan ilmunya adalah siapa, apa, mengapa, dimana dan kapan. Kelulusannya adalah kematian dan gelarnya adalah almarhum. Terdengar menyeramkan ?
Ungkapan di atas hanyalah bermaksud untuk mengingatkan, bahwa pendidikan tidak mengenal batasan-batasan formal. Siapa saja bisa belajar apa saja, di mana saja dan kapan saja. Yang penting dari sebuah pendidikan adalah hasil akhirnya, produk akhirnya. Itu sebabnya Tuhan tidak menuntut seseorang mengenai asal usul ilmunya, tapi kemana mengamalkan ilmu-ilmu itu.
Banyak orang beranggapan bahwa hasil akhir yang menjadi tujuan para pengejar ilmu adalah menjadi apa atau menjadi siapa. Orang yang sudah lulus kuliah kedokteran, biasanya akan ditanya sudah menjadi spesialis apa atau sudah buka praktek di mana. Orang yang sekolah di pesantren akan ditanya sudah memimpin pesantren apa atau membuka pengajian di mana dan berapa jumlah umatnya. Begitu juga seseorang lulusan sekolah seni rupa akan ditanya sudah menghasilkan berapa karya dan sudah punya sanggar dimana. Dan lain sebagainya.
Semua orang terfokus kepada menjadi, menjadi dan menjadi. Suatu perwujudan lahiriah dari sebuah usaha jangka panjang. Kristalisasi keringat – ini istilah Tukul Arwana. Untuk apa ? Ya, untuk mengukur tingkat keberhasilan usaha jangka panjang itu, karena :
AKU SUDAH BERHASIL KARENA SUDAH MENJADI.
Tapi sadarkah Anda bahwa tujuan akhir untuk “menjadi” telah menjadikan dunia kita kacau-balau seperti sekarang ini ? Banyak dari para pencari ilmu berusaha dengan keras dan segala cara mewujudkan impiannya untuk “menjadi”. Banyak dari kita mencari jalan mewujudkan status “menjadi”. Menjadi sesuatu berarti kristalisasi sesuatu yang abstrak. Wujud lahir “menjadi” akhirnya memenjarakan hakikat dari ilmu itu sendiri. Akhirnya seorang pencari ilmu terjebak dalam permainan fatamorgana dunia, dia merasa memiliki wujud “menjadi”-nya lalu membuang hakikat ilmu, yakni mengingatkan.
Ilmu adalah pengingat manusia akan cara dan tujuan hidup. Alam dan seluruh kejadiannya adalah tanda-tanda pengingat itu. Buku besar yang terbentang luas dan bernama alam adalah pengingat kepada kita, masih ingatkah kita akan cara dan tujuan hidup ini ?
Nah, bagi kita yang sudah merasa “menjadi”, menjadi seorang karyawan, pimpinan, pejabat, anggota dewan, politisi, pengamat, ilmuwan, mahasiswa, sarjana, pedagang, profesional, atau bahkan pelawak sekali pun, marilah kita tanyakan kembali kepada diri kita: masih ingatkah kita bahwa gelar terakhir yang akan menjadi gelar abadi bagi kita adalah almarhum, dan itu ternyata tidak jauh dari kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar