Jumat, Oktober 17, 2008

Sepuluh Windu Sumpah Pemuda, Apakah Bangsa Ini Sudah Terkutuk ?

Tanggal 28 Oktober tahun ini usia Sumpah Pemuda tepat 10 windu atau 80 tahun. Tepat juga dengan 100 tahun Kebangkitan Nasional, selayaknya kita berusaha melindungi dan melestarikan Sumpah Pemuda tersebut dengan mewujudkan cita-citanya dalam bentuk tindakan nyata.



Digerakkan oleh semangat cinta tanah air


Para wakil pemuda dan pemudi Nusantara tersebut berkumpul di Jakarta dengan disatukan oleh semangat cinta tanah air. Barangkali Wikimuers dapat membayangkan ketika masa itu alat komunikasi belum secanggih dan sepopuler sekarang, para pemuda tersebut dengan penuh semangat saling mengadakan kontak dan saling berbagi informasi hanya dengan mengandalkan peralatan komunikasi sederhana.


Kemudian mereka datang ke Jakarta, mungkin dengan naik perahu layar atau kapal laut bagi yang berada di seberang pulau. Mereka digerakkan oleh perasaan dan semangat yang – sungguh – untuk di masa sekarang seperti “embun di tengah hari yang terik”.


Cinta tanah air adalah daya utama yang melahirkan Sumpah Pemuda, kemudian darinya lahir cinta bangsa, sebagai perwujudan rasa persaudaraan sesama bangsa yang mendiami tanah yang sama, lalu lahirlah perasaan cinta bahasa sebagai alat komunikasi antara sesama saudara setanah air. Jadi Sumpah Pemuda adalah suara hati, suara cinta, bukan lahir karena sikap arogansi sebagai bangsa.



Pengkhiatan terhadap Sumpah Pemuda


Kita semua pasti belum dilahirkan pada saat Sumpah Pemuda tersebut diikrarkan. Sumpah Pemuda memang bukan sumpah kita, tapi sumpah para pemuda pemudi pada masa itu. Tapi kita sudah dibebani amanah untuk menjaganya. Oleh siapa ? Kita diamanahi oleh tiga hal, yakni tanah air yang sudah satu, bangsa yang sudah satu dan bahasa yang sudah satu, Indonesia !


Kemerdekaan 17 Agustus, 17 tahun kemudian setelah Sumpah Pemuda, tidak akan terjadi kalau bukan karena Sumpah Pemuda. Darimana datangnya semangat merebut kemerdekaan dari tangan penjajah kalau bukan karena perasaan cinta tanah air dan bangsa. Tidak akan bergerak tangan mengangkat senjata dan keberanian menerjang hujan peluru dan bom kalau bukan karena perasaan tidak rela tanah air Indonesia ini dikuasai oleh orang asing.


Delapan puluh tahun sudah sumpah itu datang dan pergi dalam kenangan kita. Ketika tanggal 28 Oktober tiba, kita teringat lalu kemudian melupakannya kembali. Semangat itu sudah kehilangan tubuhnya yang sanggup mewujudkannya, melahirkannya, seperti yang dicita-citakan oleh para pengikrarnya.


Satu per satu bagian dari Sumpah Pemuda sudah dikhianati. Satu per satu dari kita sudah menjadi pengkhianat itu. Tanah air yang satu sudah termutilasi satu persatu. Bangsa yang satu pun sudah mulai kehilangan rasa sekandungnya. Bahasa yang satu pun sudah dianggap dongeng masa lalu.


Jawablah, apakah bangsa ini sedang mengalami kutukan karena tidak menjaga sumpahnya ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar