Rabu, Oktober 08, 2008

Pilih Membangun Karakter atau Citra Diri ?

Sekarang banyak orang ramai membicarakan krisis finansial di Amerika Serikat. Banyak negara takut kena imbasnya, tak kurang presiden kita sampai menggelar rapat khusus membahas masalah tersebut. Pemerintah Indonesia berusaha memberi kesan kepada rakyat bahwa Indonesia akan aman-aman saja, padahal di balik itu mereka kelihatan sekali kelimpungan, salah satunya takut tersendatnya dana bantuan, seperti bantuan dana untuk Pemilu 2009 misalnya.

Saya bukan orang pasar modal, juga kurang mengerti perputaran saham dan uang, tapi dengan kasat mata saya tahu, kalau penyebab krisis keuangan di Amerika Serikat sama dengan yang telah terjadi pada tetangga saya. Tetangga saya itu sekarang sedang bingung dengan hutangnya di bank sebesar 200 juta Rupiah, yang untuk mendapatkannya dia telah menjaminkan rumah tinggalnya sekarang Uang itu direncanakan untuk memulai usaha baru, tapi ternyata terselewengkan untuk merenovasi rumah dan membeli televisi ukuran besar. Padahal angsuran setiap bulannya direncanakan dari hasil usaha yang akan dibangun tersebut !

Seperti tetangga saya itu, Presiden George W. Bush sudah terjebak dalam usaha menaikkan citra diri, membangun imej diri dan partainya. Presiden George W. Bush sedang mabuk pujian sebagai negara adi daya, polisi dunia, dan negara kaya. Dan akhirnya sebuah usaha membangun citra ternyata berongkos mahal dan berujung kepada kebangkrutan.

Tidak ada yang salah dengan usaha membangun citra diri. Karena semua orang ingin dihargai dan dihormati. Tapi yang salah adalah fokus kepada pembangunan citra sudah membuat banyak orang melupakan sisi lain yang lebih penting, yakni pembangunan karakter.

Pada pandangan pertama, orang mungkin akan menghargai citra atau imej diri kita yang luar biasa. Orang mungkin akan mengagumi rumah kita yang mentereng, mobil kita yang mewah atau pakaian kita yang gemerlap. Tapi kekaguman semu itu hanya ketika dia pertama kali bertemu dengan kita. Untuk perjumpaan selanjutnya orang akan menilai sifat-sifat kita, rasa tanggung jawab kita, kepedulian kita, kedermawanan kita, kecerdasan kita, bahkan orang akan menilai setiap bagian kata yang terucap dari mulut kita.

Semua yang disebut terakhir tadi adalah karakter, ciri kepribadian atau identitas asli dari seorang manusia. Semua itu tidak bisa dibangun dalam sehari dua hari, dan juga tidak bisa dibangun dengan uang maupun pinjaman dari bank. Karakter yang baik hanya bisa dibangun oleh kemauan untuk menjadi baik, untuk menjadi teladan.

Ngomong-ngomong, masih ingatkah Wikimuers dengan Dasa Dharma Pramuka ? Yang begini bunyinya (Saya senang mengucapkannya dengan gaya pramuka sejati, seperti saya kecil dulu) :

Dasadarma Pramuka

Pramuka itu :

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia

3. Patriot yang sopan dan kesatria

4. Patuh dan suka bermusyawarah

5. Rela menolong dan tabah

6. Rajin, terampil, dan gembira

7. Hemat, cermat, dan bersahaja

8. Disiplin, berani, dan setia

9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya

10.Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Dasa Dharma Pramuka adalah salah satu contoh usaha pembangunan karakter. Suatu upaya membangun kepribadian. Dan itu tidak bisa dimulai tanpa ada kemauan yang keras, sehingga Dasa Dharma Pramuka harus dihafalkan dan diucapkan berulang-ulang agar anak-anak pramuka itu meresapi, menghayati dan diharapkan mewujudkannya dalam tindakan sehari-hari seperti perintah dari alam bawah sadar.

Ketika karakter baik sudah dibangun, kepribadian penuh keteladanan sudah terbentuk, maka citra diri akan terbangun dengan sendirinya. Tidak ada orang yang berkepribadian baik yang akan digambarkan buruk. Pembangunan citra dan imej diri tidak perlu diperjuangkan, apalagi sampai memakan biaya banyak serta membuang energi, cukup jadikan diri kita berkarakter baik dan pantas menjadi teladan, citra diri akan terbentuk dengan sendirinya.

2 komentar: