Jumat, Oktober 17, 2008

Politikus Menyanyi Cap Keledai

Ada sebuah tebak-tebakan: Seorang yang bukan penyanyi tapi tampil menyanyi di panggung. Suaranya kurang bagus, bahkan cenderung jelek, tapi pendengarnya tidak ada yang protes malahan senang dan memuji-mujinya. Siapakah dia ? Jawabannya : Politikus.


Tebak-tebakan di atas adalah guyonan dari fenomena terakhir yang ditampilkan oleh para politikus kita. Dalam berkampanye mereka menggunakan sarana menyanyi – live dengan alat musik atau berkaraoke – untuk “menghibur” sekaligus menarik dukungan masyarakat.


Sebagai usaha untuk menarik sebanyak-banyaknya konstituen, sah-sah saja. Untuk “menghibur” masyarakat – maaf dari tadi saya menggunakan tanda petik untuk frasa menghibur karena saya tidak merasa terhibur – juga boleh-boleh saja, tapi sebagai sebuah pendidikan politik saya menilainya NOL BESAR.


Kenapa saya mengatakan demikian ? Karena pada saat bersamaan di negeri seberang sana (USA), dua kandidat calon presidennya sedang berdebat seru mengenai bagaimana mengatasi keadaan negerinya dan apa saja upayanya untuk mengatasi keadaan tersebut. Mereka berdebat dengan elegan, tajam dan mengena. Kecerdasan sangat diperlukan dalam situasi seperti itu. Ketika seseorang politikus didesak oleh suatu pertanyaan dan pernyataan spontan dari lawan politiknya, maka seorang politikus yang handal harus segera menemukan jawaban hanya dalam beberapa detik!


Apa yang sudah ditampilkan para politikus kita? Mereka memilih menyanyi karena kata-kata mereka memang sudah tidak bisa dipercaya lagi. Yang mereka sanggup keluarkan dari tenggorokannya hanya serak suara keledai! Bodoh, jelek dan membosankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar