Minggu, Desember 14, 2008

Film “Lastri”-nya Erros Djarot Diaborsi Sebelum Lahir


Perjalanan sebuah bangsa pada umumnya sudah melalui lorong waktu sejarah yang cukup panjang. Begitu banyak peristiwa buruk tercatat di benak pelaku sejarah. Kemudian pengalaman itu disampaikan kepada generasi sesudahnya, dan sesudahnya, terus berlanjut sehingga menjadi sebuah traumatik yang diwariskan.


Kita tidak mungkin mendustakan cerita pengalaman para pelaku sejarah di negeri ini, khususnya pelaku sejarah pasca kemerdekaan sampai akhir tahun 1967. Apabila secara kebetulan di masa itu mereka adalah seorang anggota partai Islam, pasti cerita traumatik mereka adalah berupa ketakutan dengan tindakan anggota partai komunis dengan antek-anteknya yang membabi buta membantai mereka pada waktu itu. Demikian juga sebaliknya bila mereka adalah anggota partai yang merupakan underbow-nya Partai Komunis Indonesia, maka cerita mereka adalah tragisnya penderitaan mereka di-screening, ditahan, disiksa, dan kemudian dianaktirikan dari kehidupan berbangsa dan bernegara di kemudian hari hingga anak-cucu.


Cerita itu kemudian hendak diangkat oleh Erros Djarot – Ketua Partai PNBK – menjadi sebuah cerita film berjudul Lastri. Cerita yang diilhami oleh pengalaman seseorang ini ditambah beberapa literatur sejarah, kemudian disinyalir oleh sekelompok orang sebagai “berbau komunis” dan harus ditolak kehadirannya.


Saya tidak berpihak kepada pelaku sejarah yang anti komunis maupun yang pernah komunis – atau setidaknya tertuduh sebagai komunis. Saya hanya melihat 2 hal: pertama, ketakutan kepada “monster” yang berada di balik Lastri telah membuatnya diaborsi sebelum lahir. Dan kedua, apakah bung Erros ingin mengungkapkan fakta sejarah sekaligus juga menunjukkan isi perut ideologi partainya?

1 komentar: