Minggu, Desember 21, 2008

Kisah-kisah Kekeliruan Manusia Menurut Jaya Suprana

Tidak sedikit kekeliruan yang beredar di dalam kehidupan kita dan diakui sebagai kebenaran. Mungkin karena ketidaktahuan atau bisa juga karena ketidakacuhan. Pada pokoknya banyak orang menganggap apa yang dilihat, didengar dan diketahuinya itu adalah kebenaran karena semua orang menganggapnya benar. Apabila nanti ada yang mengatakannya salah atau keliru, itu tergantung siapa yang berkata.


Dari sebuah buku yang sudah terkenal mengkompilasi kekeliruan yang beredar di masyarakat, saya mencoba menghadirkan kembali kepada Wikimuers sebagian kecil cuplikan kisah-kisah kekeliruan tersebut. Bagi yang sudah membaca bukunya, barangkali akan disegarkan kembali ingatannya akan buku tersebut, yakni Antologi Kelirumologi, karya Jaya Suprana.


(Hal 68)

Sate-kambing lazim dituduh berbahaya bagi pengidap hipertensi. Akibatnya bukan saja bisa memperparah tekanan darah tinggi sampai berdampak kelumpuhan, malah juga bisa fatal.

Maka saya sangat terkejut, ketika di Semarang, melihat bagaimana seorang warga keturunan Arab dalam kondisi tubuh lumpuh sebagian, tertatih-tatih masuk ke warung sate kambing, lalu memesan dan melahap sate kambingdengan nikmatnya.

Demi mencegah hal tak diinginkan terjadi pada penggemar sate kambing itu, saya mempertanyakan peristiwa terkesan berbahaya tersebut akibat melanggar norma umum itu kepada pemilik warung sate kambing yang kebetulan teman saya dan juga warga keturunan Arab.

Terenyata dia malah heran, dan balik bertanya, “Lho, kenapa? Di kalangan kita (etnis Arab), sate kambing justru berkhasiat menyembuhkan penyakit tekanan darah tinggi!”

Lain padang, lain belalang. Lain budaya, lain paham.


(Hal 73)

Mungkin akibat secara ragawi saya memang tampak sebagai insan keturunan Cina, maka saya kerap diundang ke berbagai seminar untuk bicara soal shio atau hsio atau entah bagaimana cara menulisnya yang benar. Sebenarnya saya bukan ahli kebudayaan Cina, termasuk shio dan sama sekali tidak percaya shio. Slah satu bukti betapa shio pada hakikatnya tidak mengandung unsur kebenaran tentu bukan sekedar pendapat atau selera saya pribadi, namun kenyataan-kenyataan yang terjadi secara kolektif pada masyarakat tertentu yang tentu semjua warganya pasti tidak memiliki shio yang sama dan seragam. Apabila shio mereka tidak sama dan seragam, kenapa bisa terjadi bahwa nasib mereka ternyata sama dan seragam seperti terbukti pada kecelakaan kendaraan umum mulai dari bus, kereta api, pesawat terbang sampai kapal pesiar dengan penumpang ratusan insan berbeda shio namun terbukti memiliki nasib naas yang sama. Tragedi bencana-bencana alam seperti di Aceh dan Nias juga membuktikan bahwa shio tidak memiliki makna apalagi daya apa pun!


(Hal 82)

Kwik Kian Gie juga sengit mengkoreksi pernyataan dalih Pemerintah RI menaikkan harga BBM adalah akibat terlalu berat terus-menerus memberikan subsidi terhadap harga jual BBM di dalam negeri.

Menurut Pak Kwik, sebenarnya secara faktual tidak ada yang dirugikan karena sebenarnya subsidi itu secara faktual tidak pernah diberikan. “Subsidi” yang mengakibatkan “kerugian” itu adalah sekadar perhitungan terhadap andaikata BBM dijual di pasar luar negeri dengan harga yang berlaku di luar negeri. Harga jual BBM di pasar luar negeri memang lebih tinggi dibanding dengan harga jual BBM yang sedang berlaku di dalam negeri. Perbedaan nilai harga BBM antara yang andaikata dijual di pasar luar negeri dan di dalam negeri itu lah yang dianggap sebagai “kerugian” oleh Pemerintah. Mungkin istilah yang lebih tepat adalah “pengorbanan” atau “keuntungan yang tidak jadi diterima sebab tidak jadi dijual” atau entah bagaimana.


(Hal 99)

Salah satu jenis billboard paling keliru adalah yang terpancang di ambang jalan-jalan raya tertentu dengan lantang mengumumkan “Anda masuk kawasan tertib lalu lintas”.

Apa pun makna tujuan pemasangan papan pengumuman semacam itu, hasilnya pasti memalukan yakni menyadarkan para pengguna jalan bahwa di luar kawasan tertib lalu lintas itu, pasti lalu lintas tidak tertib. Andaikata tujuan papan pengumumam tersebut untuk menggugah kesadaran disiplin lalu lintas para pengguna jalan, alhasil seolah malah menyadarkan bahwa di luar kawasan tertib lalu lintas itu tidak jadi masalah bagi para pengguna jalan untuk tidak berdisiplin. Dan yang paling keliru adalah di kawasan tertib lalu lintas yang seharusnya sudah tertib maka tidak perlu pengawasan lagi itu, para polisi yang jumlah keseluruhannya belum memenuhi tuntutan realita kebutuhan itu malah bergerombol menggumpal. Sementara di kawasan yang nyata rutin kacau sampai macet lalu lintas, malah tak ada seorang polisi pun berupaya menertibkan kekacau-balauan lalu lintas.


(Hal 108)

Fanatisme kerap menimbulkan dampak perilaku keliru. Termasuk fanatisme melawan paham jam karet demi selalu disiplin tepat waktu ternyata tidak selalu benar bahkan dampaknya bisa keliru dan fatal. Terbukti pada bencana kecelakaan kereta api paling naas dalam sejarah perkeretaapian Jepang, terjadi di dekat kota Osaka, Jepang, 25 April 2005, dengan korban jiwa 107 insan. Dari hasil investigasi atas sebab-musabab kecelakaan tersebut, ternyata sang pengemudi fanatik tepat waktu meningkatkan kecepatan KA sampai melampaui batas bahaya demi mengejar waktu keterlambatan selama 90 bukan menit namun detik!


(Hal 110)

Istilah “Slam dunk” berasal dari permainan basketball populer di USA untuk mengomentari keberhasilan seorang pemain basketball melompat tinggi lalu memasukkan bola lewar rogohan tangan langsung ke mulut keranjang. Dalam urusan sehari-hari istilah slam dunk digunakan dalam arti telak atau dijamin pasti benar.

Di tahun 2002,. Direktur CIA, George Tenet memberikan jaminan kepada Presiden Amerika Serikat, George Bush bahwa CIA memiliki bukti “slam dunk” bahwa Irak diam-diam punya senjata-senjata ampuh pemusnah massal!

Akibat yakin atas kebenaran bukti “slam dunk” nya Tenet itu, Bush tida ragu lagi untuk menyerbu Irak demi menemukan, merampas dan melumpuhkan senjata pemusnah massal Hussein. Setelah Irak dibumihanguskan dan Hussein dipenjara, terbukti bahwa di Irak sama sekali tidak ditemukan secuil pun senjata permusnah massal yang dijamin pasti ada itu!

Setelah mundur dari jabatan direktur CIA, ketika di awal Mei 2005 diingatkan tentang bisikan “slam dunk” ke Bush dulu itu, tersipu-sipu George Tenet terpaksa mengaku “Those were the two dumbest words I ever had said” = Dua kata itu merupakan kata-kata paling tolol yang pernah saya ucapkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar