Rabu, Desember 03, 2008

Hasil Survei Terbaru IRDI : Kinerja SBY Cukup Bagus


Suatu survei yang terbaru yang dilaksanakan oleh The Indonesian Research dan Development Institute (IRDI) mengungkapkan bahwa rakyat Indonesia menilai cukup atas kinerja President Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.


Survei nasional ketiga dengan mewawancarai 2.000 responden ini dilaksanakan dari tanggal 6 Oktober sampai dengan 13 Oktober 2008.


Direktur IRDI Nofrida Mandica mengatakan hari Senin (1/12) kebanyakan responden-responden menyukai program pendidikan, kesehatan dan keamanan yang diterapkan oleh pasangan SBY-Kalla, seperti dilaporkan wartawan Antara.


Ketika responden ditanya mengenai agenda-agenda kesehatan dan keamanan maka berturut-turut 57,9 % dan 57,6 % menjawab secara positif, 55,5 % memberi tanda positif untuk program pendidikan dan 52,7 % menyetujui usaha-usaha pemberantasan korupsi.


Tanggapan-tanggapan yang dikumpulkan sekitar kenaikan harga bahan pokok dan kemiskinan berkelanjutan adalah: 63,5 % dari responden tidak puas dengan program pengendalian harga bahan pokok, 52,4 persen merasa tidak senang dengan upaya memecahkan permasalahan kemiskinan dan pengangguran, selagi 49,3 persen tidak puas dengan distribusi bahan bakar dan gas pada waktu enam bulan yang lalu.


Survei juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak begitu memahami mengenai inisiatif-inisiatif pemerintah terhadap keluarga berpendapatan rendah seperti program subsidi buku pelajaran sekolah (30,3 %) dan kredit usaha mikro (39 %).

"Di sisi yang positif, 75,9 % responden menahami perihal dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)," kata Nofrida.


Hasil survey di atas bisa menjadi catatan penting bagi pasangan SBY-Kalla, seandainya tetap berpasangan, jangan sampai menjelang hari pemilihan nantinya tidak melakukan perbaikan-perbaikan. Bagaimana pun permasalahan harga bahan pokok, pengangguran dan kemiskinan akan menjadi tolak ukur keberhasilan pemerintahan.


Menurut catatan yang ada, selama pemerintahan di era reformasi, tidak satu presiden pun yang bisa mengendalikan harga pasar. Yang sering terlontar adalah kalimat, "Kita akan menyerahkan kepada mekanisme pasar." "Mekanisme" dimaksud adalah siapa yang mempunyai uang banyak bisa mengendalikan harga sesukanya. Mereka menimbun barang sehingga susah dicari di pasaran, setelah harga melambung baru mereka mengeruk untung.


Secara sederhana, apabila harga kebutuhan bahan pokok dapat dikendalikan dan terjangkau oleh kantong masyarakat, tekanan akibat meningkatnya pengangguran dan kemiskinan akan bisa dikurangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar