Harga bahan pangan di tingkat dunia akan terus menaik hingga sepuluh tahun mendatang. Salah satu penyebabnya adalah pengembangan industri biofuel (bahan bakar berbahan dasar makhluk hidup dalam hal ini tanaman) yang menggunakan bahan-bahan makanan sebagai bahan dasarnya. Demikian laporan dari FAO (Food and Agriculture Organization atau Oganisasi Pertanian dan Pangan PBB) dan OECD (Organization for Economic Coorporation and Development atau Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan) seperti dikutip Times Online dan The New York Times (30/5).
Salah satu contoh penggunaan bahan makanan sebagai bahan baku biofuel adalah komoditas gandum yang dipergunakan untuk memproduksi etanol (salah satu turunan alkohol). Produksi etanol pada 2017 diprediksi mencapai 125 miliar liter. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan produksi tahun lalu. Selain gandum, tanaman seperti jarak dan kelapa sawit juga merupakan jenis tumbuhan yang bisa dijadikan biofuel. Produk mentah minyak goreng atau yang biasa disebut CPO (Crude Palm Oil atau minyak kelapa mentah) adalah salah satu produk yang juga bisa dijadikan bahan bakar. Di Eropa CPO sudah dijadikan bahan bakar untuk kendaraan dan industri. Pemakaiannya akan terus meningkat seiring semakin tingginya harga minyak mentah (BBM) dunia. Pohon jarak juga sudah lama dikenal sebagai tanaman yang dapat diolah menjadi bahan bakar. Di masa penjajahan Jepang di Indonesia, pasukan Jepang memerintahkan kepada pekerja paksa (Romusha) untuk menanam pohon jarak yang hasil pengolahannya dipergunakan sebagai bahan bakar kendaraan perang prajurit Dai Nippon.
Peluang pasar
Kebutuhan dunia akan bahan bakar murah dan diharapkan lebih ramah lingkungan dari jenis tanaman ini seharusnya disikapi dengan cermat dan dipandang secara positif. Negara kita yang dikenal sebagai negara agraris seharusnya pandai membaca situasi ini dan dengan segera mempelajari dan mencari jalan agar peluang ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Karena kebutuhan dunia akan bahan bakar biofuel ini pasti akan terus meningkat seiring semakin kritisnya cadangan minyak mentah. Kita mempunyai pengalaman yang cukup lama dan mapan di bidang pertanian, perkebunan dan agroindustri. Ketersediaan lahan yang terbatas bisa ditanggulangi dengan mengadakan kerjasama secara regional dengan negara-negara di Asia Tenggara atau negara-negara di Asia lainnya, seperti dibentuknya OPEC dulu untuk kerjasama antar negara pengekspor minyak.
Sumber: Harian Pagi Banjarmasin Post Tanggal 31 Mei 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar