Sebuah pertanyaan klasik yang selalu dipertanyakan manusia dari masa ke masa. Pertanyaan tersebut bisa dijawab dengn berbagai jalan. Bisa dengan jalan logika dan akal manusia, maka kemudian jawaban tersebut dikatakan berdasarkan dalil aqli (bahasa Arab berarti akal) atau berdasarkan akal manusia, juga bisa dengan jalan keterangan-keterangan dari orang nabi atau yang menerima wahyu dari Tuhan, maka jawaban tersebut dikatakan berdasarkan dalil naqli (bahasa Arab berarti keterangan, baik lisan maupun tulisan) atau berdasarkan ayat-ayat di dalam kitab-kitab suci.
Dalil aqli dan naqli
Penggunaan dalil aqli dalam pembahasan tentang adanya Tuhan adalah dengan melihat kepada adanya alam dengan segala gejala-gejalanya yang kemudian dihubung-hubungkan dengan "kemungkinan" akan adanya Tuhan. Dikatakan bahwa tidak mungkin semua yang kita lihat dan kita rasakan serta dapat kita raba ada, yakni alam ini keseluruhannya kalau tidak ada yang menciptakannya, yaitu Tuhan. Kemampuan akal untuk mencapai kepada pembuktian keberadaan Tuhan itu sebetulnya tidak pernah menyentuh tentang keberadaan Tuhan itu secara hakiki, tapi hanya sampai kepada pendekatan. Seandainya pun manusia bersangkutan "merasa" bahwa Tuhan itu benar-benar ada, maka itu sudah masuk ke dalam kerangka keyakinan. Bahwa kemudian manusia tersebut berkata bahwa ia meyakini adanya Tuhan berdasarkan pembuktian ilmiahnya, itu sebenarnya tidak menunjukkan bahwa pembuktian ilmiah tersebut telah berhasil membuktikan keberadaan Tuhan, tapi hanya sebatas membuktikan sesuatu yang lain namun telah menambah keyakinannya akan Tuhan.
Penggunaan dalil naqli atau penggunaan keterangan-keterangan sebagai dalil tentang keberadaan Tuhan adalah kegiatan manusia dalam beragama. Agama adalah keterangan tentang adanya Tuhan dan juga perintah-perintahnya terhadap manusia yang dibawa oleh seorang manusia. Manusia ini biasanya disebut sebagai nabi atau rasul atau utusan atau pembawa berita kebenaran yang diutus oleh Tuhan. Sang Nabi ini biasanya telah menerima wahyu atau firman atau kata-kata Tuhan, baik secara langsung disampaikan kepadanya atau bisa juga melalui perantaraan makhluk lain yang disebut malaikat.
Di dalam kerangka beragama keberadaan Tuhan dibahas oleh keterangan-keterangan lisan atau tertulis dari sang nabi yang oleh "orang yang mempercayainya" menjadi sebuah keyakinan. Keyakinan akan keberadaan Tuhan oleh manusia yang beragama berdasarkan keyakinan akan berita yang dibawa oleh si pembawa berita tersebut. Jadi keyakinan manusia akan kenabian atau kerasulan atas si pembawa berita kebenaran tersebut menjadi secara langsung mempengaruhi keyakinan seseorang akan keberadaan Tuhan.
Dalil logika
Dalil logika berbeda dengan dalil aqli. Dalil logika lebih menekankan kepada penggunaan permainan logika dalam berpikir. Sebagai permulaan marilah kita membahas permainan logika dalam susunan kata-kata dalam kalimat. Sebagai contoh :
1.Ani seorang gadis
2.Ani berumur 12 tahun
3.Ani sudah mengalami menstruasi
Ketiga buah kalimat di atas apabila dipikirkan akan terhubung secara logika. Ani adalah seorang gadis yang berumur 12 tahun dan telah mengalami menstruasi. Secara logika susunan gabungan ketiga kalimat tersebut di atas menjadi satu kalimat yang benar secara logika. Jadi untuk sementara kita katakan hubungan ketiga kalimat di atas sesuai dengan logika.
Sebenarnya kita tidak akan membahas hubungan antar ketiga kalimat tersebut seperti dijelaskan pada paragraf di atas, tetapi membahas kebenaran dari setiap unsur kalimat yang terkandung di dalamnya. Untuk membuktikan kebenaran logika atas unsur-unsur kalimat tersebut, maka kita akan mengelompokkan ketiga kalimat tadi sesuai dengan jabatan-jabatannya. Maka kalimat tersebut dapat diuraikan menjadi :
1.Ani adalah subjek
2.Gadis adalah keterangan keadaan
3.12 tahun adalah keterangan umur
4.Menstruasi adalah keterangan keadaan
Mari kita bermain logika dengan penguraian-penguraian di atas dengan mengubahnya menjadi bentuk pertanyaan-pertanyaan logika yang dijawab secara logika.
1. Apakah Ani seorang manusia ?
Jawaban yang diberikan bisa ya bisa tidak. Karena bisa jadi yang diberi nama Ani adalah seekor kucing, anjing atau seorang manusia.
2. Apakah Ani seorang gadis ?
Jawaban ini pun bisa berupa ya atau tidak. Karena si Ani tersebut bisa jadi seorang laki-laki atau perempuan (kalau manusia)
3.Apakah Ani berumur 12 tahun ?
Jawabannya bisa ya atau tidak. Karena bisa saja si Ani berumur di bawah 12 tahun atau di atasnya.
4. Apakah Ani sudah mengalami menstruasi ?
Jawabannya bisa ya atau tidak. Mungkin Ani sudah mengalami menstruasi atau belum. Ini pun kalau si Ani adalah seorang perempuan. Tapi kalau si Ani ternyata adalah laki-laki tentu tidak bisa menstruasi menurut keterangan ilmiah.
Pertanyaan inti dan jawaban secara fisik dan hakiki
Nah, ada satu pertanyaan logika lagi yang bisa dilontarkan untuk pembagian kalimat menurut jabatan yang nomor satu, yaitu sebuah pertanyaan "apakah Ani itu ada ?" Jawaban untuk pertanyaan tersebut bisa dibagi menjadi dua kelompok jawaban. Yakni jawaban secara fisik dan jawaban secara hakiki. Apakah perbedaannya ?
"Ada" menurut pengertian sehari-hari adalah dapat dilihat, dapat diraba dan dapat disentuh. Menurut pengertian ini sesuatu bisa dikatakan tidak ada apabila sesuatu itu tidak dapat dilihat, tidak dapat didengar atau tidak dapat sentuh. Pengertian "ada" seperti ini yang disebut jawaban secara fisik. Jadi keberadaan si Ani menurut pertanyaan "apakah Ani itu ada ?" Jawabannya bisa menjadi mungkin ya atau tidak. Karena bisa jadi Ani tersebut adalah ada secara kenyataan atau hanya khayalan belaka. Apabila si Ani memang ada orangnya, maka dikatakan si Ani itu ada, akan tetapi apabila si Ani ternyata hanya merupakan khayalan atau fiktif, maka si Ani bisa dikatakan tidak ada.
Uraian tersebut di atas adalah membahas dari sisi jawaban secara fisik. Bagaimana dengan jawaban secara hakiki ?
Hakiki adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu "haqiqat" yang bermakna yang sebenar-benarnya. Namun makna hakiki juga bisa berarti kebenaran yang mendalam atau lebih dalam dari kebenaran fisik. Kebenaran hakikat tidak bergantung kepada keberadaan lahir atau materi sesuatu. Apabila oleh kebenaran hakikat sesuatu dikatakan ada, maka tidak ada pembahasan secara materi apakah sesuatu itu ada. Berarti tidak diperlukan adanya proses pembuktian ilmiah.
Menjawab pertanyaan "apakah Ani itu ada ?" secara hakiki atau haqiqat, maka jawabannya adalah Ani ada. Karena kita sudah membahas tentang Ani dan membicarakannya maka secara hakiki atau haqiqat Ani ada. Pertanyaan apakah si Ani menjadi ada karena dibicarakan atau apakah sebelum dibicarakan si Ani belum ada bukanlah permasalahan yang akan dibahas di sini. Karena yang menjadi pertanyaan adalah "apakah Ani itu ada" dan jawabannya sudah jelas bahwa Ani itu ada secara hakiki atau haqiqat.
Apakah Tuhan itu Ada ?
Menurut saya kita tidak lagi memerlukan pembahasan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Apabila kita sudah membaca dan memahami seluruh isi tulisan di atas, maka kita akan dengan mudah menjawab pertanyaan tersebut, yakni Tuhan itu ada ? Menurut jawaban secara hakiki atau haqiqat. Kalau kemudian timbul permasalahan bahwa adanya Tuhan itu karena dipikirkan atau baru ada setelah dibicarakan itu bukanlah permasalahan substansi dari pembahasan kita ini. Karena pembahasan kita adalah mempertanyakan keberadaan Tuhan, maka jawabannya atas pertanyaan "apakah Tuhan itu ada ?" dapat dijawab secara hakiki atau haqiqat bahwa Tuhan itu ada. Jawaban yang mudah dan cepat.
Tuhan ada di hati setiap manusia
Orang yang tidak percaya akan adanya Tuhan disebabkan logikanya hanya memberi jawaban secara fisik, belum secara hakiki atau haqiqat. Orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan sebenarnya telah menjadikan Tuhan itu ada secara hakiki atau haqiqat karena ketidakpercayaannya. Apakah yang bersangkutan tidak mempercayai akan pengertian hakiki atau hakikat, itu pun tidak jadi masalah. Setiap dia memikirkan ketiadaan Tuhan saat itulah Tuhan itu ada secara hakiki atau haqiqat dan hadir secara hakiki atau haqiqat dalam hati dan pikirannya, secara otomatis.
Apakah sebelumnya Tuhan itu tidak ada atau belum ada ? Sekali lagi sesuai konteks pembahasan kita ini, maka itu bukan pertanyaan yang harus dibahas, karena kita hanya memerlukan jawaban atas pertanyaan "apakah Tuhan itu ada ?". Kalau kita hubungkan dengan pembahasan orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan seperti tersebut dalam paragraf ini, maka pertanyaannya adalah "apakah Tuhan ada ? Jawabannya adalah Tuhan itu ada secara hakiki atau haqiqat di dalam hati dan pikiran orang yang memikirkan Tuhan itu tidak ada.
Bagaimana dengan orang yang beriman akan adanya Tuhan atau para penganut agama dan keyakinan akan adanya Tuhan. Apakah Tuhan itu ada juga di hati dan di pikiran mereka ? Jawabannya adalah Tuhan itu ada secara hakiki atau haqiqat di dalam hati dan pikiran orang yang memikirkan Tuhan itu ada.
Mari kita perhatikan kedua kalimat bercetak miring dari kedua paragraf di atas. Ternyata Tuhan tetap ada secara hakiki atau haqiqat, baik di dalam hati orang yang memikirkan Tuhan itu ada maupun bagi yang memikirkan Tuhan itu tidak ada.
Dalam pembahasan semua agama dan keyakinan, Tuhan itu memang diyakini ada secara hakiki atau haqiqat dan tidak pernah dibahas bahwa adanya Tuhan disamakan dengan adanya makhluk atau ada secara fisik. Kalau ada yang kemudian membantah bahwa pembahasan ini semua hanyalah permainan logika kata-kata, maka itu sudah kita kemukakan di bagian permulaan dari tulisan ini yaitu pada uraian dari pembahasan arti dalil logika. Dan kalau ternyata dalil logikalah yang mampu memberi jawaban tentang adanya Tuhan secara mudah dan cespleng itu adalah suatu anugerah dari Tuhan.
Kesimpulan
Untuk pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis, yaitu hal-hal yang bersifat immaterial atau barang kali pertanyaan "apakah yang immaterial itu ada ?", maka jawabannya sudah diketahui bahwa dalam kerangka pembahasan kita ini yang immaterial itu ada secara hakiki atau haqiqat. Jadi orang yang tidak mempercayai akan adanya Tuhan atau orang yang ateis sebenarnya menjadikan Tuhan itu ada dan hadir secara hakiki atau haqiqat di dalam hatinya persis sama dengan orang yang beragama dan berkeyakinan bahwa Tuhan itu ada. Wallahu a'lam bishoshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar