Minggu, September 07, 2008

(Intermeso) Kemenangan Golput


Pernah tayang di Wikimu pada Kanal Opini, Sabtu 06-09-2008 07:46:29

Di suatu negeri antah-berantah yang menganut sistem demokrasi diceritakan akan diadakan pemilu untuk memilih legislatif dan presidennya yang baru. Kepanitiaan pemilu pun dibentuk dan mereka bekerja dengan sungguh-sungguh dan giat untuk menyelenggarakan pemilu yang jujur dan adil.

Jutaan rakyat di negeri itu didaftarkan sebagai peserta pemilu. Tua dan muda, lelaki dan perempuan, semua mempunyai hak yang sama untuk memilih dan dipilih asalkan mencukupi syarat yang telah ditetapkan di dalam undang-undang.

Tapi apa lacur, setelah hari pencoblosan tiba, ternyata hanya sedikit orang yang datang ke tempat pemilihan. Hari itu juga dikabarkan oleh panitia Quick Count bahwa perhitungan secepat kilat bisa dilakukan dan disimpulkan bahwa 95 % warga negeri yang berhak untuk memilih ternyata tidak mengambil haknya untuk memilih alias yang nyoblos adalah warga yang sebagian besar adalah calon legislatif itu sendiri. Dan itu terjadi merata di semua daerah.

“Golput menang ! Golput menang ! Di mana-mana teriakan golput menang bergaung. Mereka yang tidak ikut memilih merayakan kemenangannya di mana-mana. Mereka berpesta pora di jalan-jalan sampai malam dengan menyalakan kembang api. Sorak-sorai kemenangan bergema di seluruh pelosok negeri.

Pemerintah bingung karena pemilu dianggap gagal karena pemerintahan tidak didukung sebagian besar rakyatnya, dan ini berarti presiden yang baru untuk negeri itu beserta anggota legislatifnya tidak bisa terpilih. Panitia pemilu dan pemerintah berunding dan akhirnya diambil keputusan untuk memanggil masyarakat yang tidak ikut memilih atau golput pada pemilu tersebut.

Pengumuman pun disampaikan ke seluruh negeri bahwa pemerintah memanggil perwakilan kelompok golput untuk diajak berunding mengenai masa depan negeri yang menjadi tidak menentu karena tidak bisa diangkatnya eksekutif dan legislatif yang baru.

Mendengar pengumuman tersebut, masyarakat yang tidak memilih atau golput pada pemilu itu menjadi ketakutan karena mereka berpikir bagaimana kalau aparat pemerintah marah dan menangkapi mereka. Semua orang tidak ada yang berani maju untuk mewakili kelompok golput untuk memenuhi undangan pemerintah pusat di ibukota negeri.

Mengetahui bahwa kelompok yang golput tidak datang memenuhi undangan, pemerintah pusat pun mengulang undangannya disertai dengan catatan pada undangannya bahwa pemerintah tidak akan menangkap siapa pun karena hanya mengajak berunding mengenai masa depan negeri.

Akhirnya kelompok golput pun mengirim perwakilannya untuk dikirim ke pusat. Di sana mereka berunding dengan pemerintah pusat. Walhasil, kesimpulannya adalah bahwa pemerintahan akan diserahkan kepada kelompok golput dan segala proses lebih lanjut akan ditangani oleh kelompok golput.

Singkat cerita, kelompok golput seluruh negeri akhirnya mengadakan pertemuan dan perundingan tentang siapa yang bakal menduduki kursi pemerintahan. Pertemuan berjalan alot dan memakan waktu berbulan-bulan. Dana untuk mengadakan perundingan itu mereka sudah menghabiskan uang negeri sebesar biaya pemilu yang sudah selesai dimenangkan oleh mereka. Namun ternyata keputusan akhir belum tercapai juga, siapa-siapa yang akan ditunjuk sebagai penyelenggara negeri. Masing-masing perwakilan daerah ngotot menonjolkan dirinya masing-masing. Kesepakatan tidak tercapai karena semua pihak ingin berkuasa dan pertemuan pun diperpanjang beberapa hari.

Setelah diadakan tambahan waktu untuk pertemuan tersebut pada akhirnya mereka mengambil keputusan untuk mengadakan pemilihan umum dalam rangka pemilihan orang-orang yang akan duduk sebagai penyelenggara negeri, legislatif maupun eksekutif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar