Minggu, September 07, 2008

Ternyata Rakyat Amerika Serikat Hampir Sama Miskinnya dengan Indonesia


Selama ini kita selalu diberikan gambaran bahwa negara adi daya Amerika Serikat (AS) itu adalah negara kaya raya dan suka menghambur-hamburkan uangnya kepada negara-negara dunia ketiga. Ada berupa bantuan semata kepada negara-negara miskin yang kelaparan seperti di Afrika, tapi ada juga berupa pinjaman, misalnya melalui IMF (International Monetary Fund = Pendanaan Moneter Internasional).

Di IMF AS adalah negara dengan kuota terbanyak. Kuota adalah ukuran yang menentukan banyaknya hak suara di IMF, iuran yang harus dibayarkan dan luasnya akses terhadap pembayaran. Kuota ini ditentukan oleh kaya atau miskinnya negara tersebut, yaitu besarnya GDP (Gross Domestic Product = angka pertumbuhan produksi lokal), besarnya cadangan devisa - berupa valas atau emas - dan lain-lain. Berdasarkan angka-angka ini AS adalah negara anggota dengan kuota terbesar, yakni US$ 55,1 milyar. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya US$ 6,5 milyar.

Banyak penduduk AS yang miskin

Biasanya kalau kita berbicara tentang kemiskinan, kita akan langsung terbayang akan negara-negara miskin seperti di Afrika dan Asia, termasuk negara kita, Indonesia. Dan akan terdengar aneh bahwa ternyata kemiskinan bukan hanya menjadi masalah pelik di negara dunia ketiga, tetapi juga menjadi masalah besar di negara adi daya AS.

Menurut laporan resmi dari biro sensus AS yang dilansir kantor berita AFP (27/8) disebutkan bahwa pada tahun 2007, dari sekitar 300 juta penduduk AS ternyata 37 juta diantaranya berada di bawah garis kemiskinan atau sekitar 12,3 %. Selain itu 46 juta orang di AS tidak memiliki asuransi kesehatan. Dan angka kemiskinan ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 36,5 juta jiwa. Bandingkan dengan Indonesia yang pada Maret tahun 2008 ini dari sekitar 250 juta penduduk kita terdapat 34,96 juta atau sekitar 15,42 % penduduk miskin - Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam survey dari Februari-Maret 2008).

Menurut Kepala Divisi Statistik Ekonomi Rumah Tangga Biro Sensus AS, David Johnson, sebanyak 18 % anak di AS juga hidup dalam kondisi kekurangan. Sedangkan pada kelompok orang dewasa (umur 18-64 tahun) persentasenya 11 %. Dan pada kelompok lanjut usia (di atas 64 tahun) jumlah orang miskin mencapai 10 %.

Untuk ukuran negara bagian, maka Mississippi adalah negara bagian termiskin di AS. Satu dari lima orang atau 20,6 % orang di negara bagian tersebut hidup dalam kemiskinan. Bandingkan dengan propinsi termiskin di Indonesia (Papua Barat) yang 35,12 % atau sekitar 246.400 jiwa hidup dalam keadaan miskin.

Hilangnya perlindungan sosial, mahalnya harga (termasuk BBM) memaksa ratusan ribu orang hidup terlunta-lunta di jalan. Seperti di Chocago yang dikenal sebagai kota yang penuh dengan gedung pencakar langit dan bangunan mewah di sekitar Empire State Building (bangunan tertinggi di dunia karena mencapai 443 meter). Namun ternyata di dekat kawasan itu banyak terdapat kampung seng atau kaleng yang berserakan (daerah kumuh). Belum lagi banyaknya tunawisma, kemerosotan di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Imbas dari meningkatnya kemiskinan adalah rendahnya tingkat keamanan dan menaiknya angka kriminalitas, peredaran narkoba dan prostitusi. Beberapa kota besar seperti Los Angeles, Jacksonville, Kansas City dan New York merupakan sarang kriminalitas di AS.

Jadi kita jangan sedih-sedih amatlah dengan kondisi kita sekarang ini. Mengetahui bahwa tetangga kita yang mentereng ternyata susah juga, tidak berarti mengurangi semangat kita untuk mengentaskan kemiskinan dan membantu yang lemah dan berkekurangan. Yang penting kita tetap bersyukur dan terus berjuang mengangkat harkat dan martabat kita sebagai bangsa. Merdeka, men ! Selamat berjumpa dengan Ramadhan.



Sumber: Harian Pagi Banjarmasin Post Tgl. 16 & 28 Agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar