Jumat, September 05, 2008

Evaluasi Setelah 63 Tahun Indonesia Merdeka


Pernah tayang di Wikimu pada Kanal Opini, Sabtu 16-08-2008 10:05:55

Umur 63 tahun bagi seorang manusia termasuk usia yang sudah uzur. Pengalaman hidup seorang manusia di usia ini sudah pasti sudah sangat banyak atau orang sering bilang : sudah banyak makan asam garam. Tapi sepertinya tidak dengan bangsa ini. Pengalaman tidak menjadi bahan pelajaran untuk menjadikan hidup lebih baik. Setelah 63 tahun kita banyak mengalami kemunduran fisik maupun batin.

Seperti yang saksikan, pembangunan berlangsung di mana-mana di negeri ini. Bunyi gemuruh mesin pabrik di mana-mana, riuh-rendah suara bising mesin-mesin berat mengangkut hasil kekayaan alam terdengar setiap hari di daerah-daerah pertambangan, suara deru kendaraan bermotor semakin memekakkan telinga karena selalu bertambah setiap hari memenuhi jalan-jalan di perkotaan.

Tapi coba bandingkan dengan semakin rapuhnya badan perahu nelayan-nelayan kita, karena tidak ada uang untuk memperbaikinya disebabkan semakin sulitnya ikan didapat sedangkan bahan bakar perahu motor semakin mahal. Semakin reotnya gubuk-gubuk petani dan nelayan kita karena tidak ada uang untuk memperbaikinya. Semakin bertambahnya gelandangan dan pengemis di kota-kota besar, setelah mereka meninggalkan desa-desa mereka karena tidak bisa lagi bertani karena mahalnya pupuk dan murahnya sayur-mayur dan palawija. Lihat pula buruh-buruh kita semakin terdesak oleh ganasnya kehidupan kota besar, sedangkan penghasilan mereka ditekan dengan alasan semakin mahalnya biaya produksi dan semakin sulitnya pemasaran. Bagi mereka gaji sebulan sudah habis dalam lima hari, sedangkan hutang belum terbayar.

Gambaran di atas ternyata saling berlawanan. Kesejahteraan itu bukan milik seluruh bangsa Indonesia, bukan milik segenap rakyat Indonesia Raya. Kesejaheraan itu hanya milik sebagian orang-orang beruntung di negeri ini. Kesejahteraan itu hanya bagi sebagian orang-orang yang menguasai harta kekayaan negeri ini. Kenyamanan hidup hanya milik sebagian orang-orang yang kebetulan berkuasa dan dapat dengan mudah mengontrol aliran kekayaan tanah air ini. Sedangkan para petani, nelayan, buruh merupakan objek penderita, padahal karena merekalah orang-orang kaya itu dan kita semua menjadi sehat dan sejahtera. Tanpa petani dan nelayan, makanan kita tidak akan empat sehat lima sempurna, tanpa buruh kita mungkin tidak berbusana, tidak berkendaraan dan tidak mempunyai rumah serta seluruh isinya.

Saksikan juga pembangunan tempat-tempat ibadah yang semakin megah di mana-mana. Gairah umat beragama sangat menonjol ketika memperingati hari-hari besarnya. Ceramah-ceramah, khotbah-khotban dan kegiatan keagamaan semakin marak dari mesjid di kampung hingga di gedung-gedung bertingkat. Tapi apa lacur, korupsi semakin bersimahamerajalela di negeri ini. Maling-maling kelas kakap yang menjarah kekayaan negeri ini semakin bertambah. Perampok-perampok berdasi semakin menjamur mengeruk uang rakyat dan memeras bangsa ini. Narkoba dan gaya hidup berakhlak buruk menjadi budaya yang dipuja. Pergaulan bebas dan kebejatan moral menjadi seni dalam kehidupan. Ada apa ini ?

Mari kita putar ulang sebagian syair lagu kebangsaan kita Indonesia Raya berikut ini : ".... Bangunlah jiwanya bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar