Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Opini, Rabu 07-05-2008 09:52:35
Ujian Nasional sebagai evaluasi belajar siswa
Ujian Nasional memang bukan barang baru dalam sistem pendidikan nasional kita. Nama boleh jadi berbeda, tetapi sosoknya sudah lama dan memang seperti itu-itu saja. Setiap akhir tahun ajaran siswa akan dihadapkan dengan suatu bentuk evaluasi yang bertujuan mengetahui sejauh mana siswa sudah menguasai setiap bidang studi yang dipelajarinya di sekolah. Hasil akhir dari evaluasi tersebut seorang siswa akan dinyatakan lulus atau tidak lulus. Bila tidak lulus seorang siswa diharuskan mengulang pelajarannya di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar siswa kembali mempelajari hal-hal yang belum dikuasainya dari suatu materi pelajaran dan diharapkan menjelang evaluasi berikutnya penguasaannya sudah cukup dan akan mendapatkan predikat lulus.
Evaluasi tahap akhir untuk siswa biasanya terdiri atas dua macam evaluasi, yaitu evaluasi yang diadakan oleh internal sekolah artinya soal-soal dibuat oleh sekolah secara mandiri. Di masa lalu evaluasi yang diadakan oleh internal sekolah inilah yang dijadikan sebagai faktor penentu kelulusan. Hasil dari ujian internal sekolah ini akan tercantum di ijazah akhir tahun dan seorang siswa akan dinyatakan lulus atau tidak lulus dengan hasil evaluasi tersebut. Sedangkan evaluasi tahap akhir yang bersifat nasional akan dilaksanakan di waktu yang berbeda. Evaluasi tersebut bersifat nasional dengan soal-soal yang dibuat oleh pusat secara nasional dan diujikan kepada siswa tapi bukan sebagai faktor penentu kelulusan. Biasanya hasil akhir evaluasi ini akan digunakan sebagai ukuran untuk penerimaan siswa baru ke jenjang pendidikan berikutnya.
Sedangkan Ujian Nasional yang diterapkan sekarang ini adalah evaluasi tahap akhir yang bersifat nasional dan hasil akhirnya menentukan kelulusan seorang siswa menuju jenjang pendidikan selanjutnya. Karena Ujian Nasional dibuat oleh pusat dengan ukuran standar nasional, maka ada kemungkinan akan ada ketimpangan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain dalam hal pemenuhan kurikulum, buku-buku wajib, dan juga jumlah guru dan tingkat kemampuannya menyampaikan materi.
Tanggung jawab pendidikan
UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal Bab. IV mengenai Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat dan Pemerintah Pasal 5 s.d. 11 serta Bab V mengenai Anak Didik pasal 12 menyimpulkan bahwa tanggung jawab kelangsungan pendidikan nasional berada pada orang tua siswa (wali murid), masyarakat, pemerintah pusat maupun daerah, seluruh warga negara serta anak didik sendiri sebagai subjek pendidikan yang utama. Sehingga kualitas pendidikan yang baik dari seorang anak didik sebagai hasil akhir sistem pendidikan nasional akan sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik dari semua pihak yang bertanggung jawab tersebut.
Tanggung jawab siswa sebagai peserta didik
Pendidikan di sekolah sebagai institusi formal bukanlah satu-satunya sarana belajar siswa. Sekolah dan waktu belajar di sekolah hanyalah merupakan bagian dari seluruh sistem pendidikan secara menyeluruh seorang siswa. Karena siswa adalah subjek di dalam sistem pendidikan, maka adalah kewajiban seorang siswa untuk menunaikan tanggung jawabnya menyelesaikan pendidikan dengan baik. Siswa hendaknya mengisi waktunya di luar jam pelajaran sekolah untuk lebih mendalami bahan pelajaran yang sudah diterimanya di sekolah atau dengan kata lain seorang siswa diharapkan mengisi waktu luangnya di rumah untuk mengulang pelajaran di sekolah.
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan seorang siswa dalam proses belajar secara pribadi :
1. Proses menerima materi sesuai kurikulum serta pemahamannya.
2. Penambahan materi luar.
3. Penghapalan materi pelajaran yang harus diingat.
4. Evaluasi belajar harian
1. Proses menerima materi sesuai kurikulum serta pemahamannya.
Tahap pertama ini dilaksanakan oleh siswa di sekolah dengan bantuan guru sebagai pengajar dan dilakukan bersama-sama dengan teman-temannya. Di dalam tahap ini siswa akan diberikan materi sesuai kurikulum pelajaran yang berlaku di sekolah tersebut. Materi pelajaran yang telah diterima di sekolah akan menjadi patokan bagi siswa untuk mengembangkan materi tersebut di luar jam pelajaran sekolah.
Pemahaman seorang anak didik terhadap materi pelajaran sangat dipengaruhi oleh :
a. Tingkat kecerdasan siswa itu sendiri
b. Tingkat konsentrasi siswa di saat menerima pelajaran
c. Kemampuan guru menyampaikan materi secara mendalam
d. Hubungan komunikasi dan interaksi yang terjadi antara guru penyampai dan siswa penerima dan juga antar siswa sendiri di dalam diskusi kelas.
2. Penambahan materi luar.
Tahap kedua sampai keempat dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah, bisa di perpustakaan sekolah, di perpustakaan di luar sekolah, atau pun di rumah. Dalam mencari tambahan materi pelajaran di luar siswa diharapkan mencari referensi-referensi lain selain buku paket yang dipergunakan di sekolah. Semakin banyak referensi akan semakin luas pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran yang didalaminya.
3. Penghapalan materi yang harus diingat.
Penghapalan materi merupakan bagian dari penguasaan materi pelajaran, baik rumus-rumus, definisi-definisi maupun materi pelajaran secara keseluruhan. Menghapalkan akan terasa mudah apabila siswa sering membaca secara berulang materi pelajaran yang telah disampaikan. Semakin sering mengulang pelajaran tersebut, maka akan semakin kuat melekat di ingatan. Proses penghapalan memerlukan pemahaman akan materi pelajaran yang akan dihapalkan. Suatu materi akan sulit untuk dihapalkan atau diingat apabila tidak ada pemahaman yang cukup akan materi tersebut.
4. Evaluasi belajar harian
Setiap materi pelajaran akan semakin dikuasai apabila siswa sudah melalui tahap pengujian. Pengujian yang dimaksud adalah evaluasi belajar harian yang dilakukan oleh siswa sendiri dengan materi soal yang dicari sendiri. Di toko-toko buku banyak dijual buku-buku pelatihan soal untuk siswa semua jenjang pendidikan. Buku-buku seperti ini dapat dipergunakan sebagai sarana latihan dan evaluasi sampai dimana tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajarannya.
Tanggung jawab orang tua atau wali murid sebagai pengawas
Tidak semua orang tua atau wali murid mempunyai kemampuan untuk ikut memahami suatu materi pelajaran, sehingga peran guru di sekolah memang sulit tergantikan oleh orang tua, terutama untuk tingkat pendidikan setingkat SMP dan SMU. Namun masih ada yang bisa dilakukan oleh orang tua di rumah dalam rangka membantu siswa menjalani proses belajarnya di rumah, yaitu :
1. Membantu menyediakan sarana belajar di rumah seperti buku-buku dan alat-alat belajar lainnya. Bila tidak mempunyai kemampuan untuk membeli buku, mungkin bisa disiasati dengan cara meminjam di perpustakaan atau memberikan dana untuk memotokopi buku punya orang lain.
2. Mengawasi kedisiplinan siswa dalam belajar, seperti penggunaan waktu luang di rumah dan pelaksanaan tahap-tahap belajar sendiri. Pengawasan tersebut sangat diperlukan karena siswa biasanya akan cenderung untuk mengisi waktu luangnya di luar sekolah dengan bermain-main di dalam maupun di luar rumah.
3. Ikut serta secara langsung dalam proses belajar siswa, misalnya ikut membantu ketika siswa menghapalkan materi pelajarannnya, ikut dalam pemecahan masalah ketika siswa menjumpai kesulitan dalam menjawab soal-soal atau ikut memberikan informasi tambahan sehubungan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajari sambil berdiskusi sehingga siswa merasa menikmati proses belajarnya.
Perbedaan perlakuan terhadap siswa menurut jenjang pendidikannya
Dalam hal pengawasan d rumah tidak semua siswa mendapatkan perlakukan yang sama dari orang tua. Faktor umur, jenjang pendidikan dan tingkat kecerdasan serta pemahaman siswabisa menjadi bahan pertimbangan orang tua dalam memperlakukan pengawasan belajar di rumah. Untuk anak SD mungkin pengawasan bisa lebih ketat dan orang tua harus menyediakan waktu ekstra untuk kegiatan ini. Namun semakin tinggi jenjang pendidikannya orang tua harus memberikan kelonggaran kepada siswa agar tumbuh kemandiriannya dalam belajar. Perbedaan perlakuan ini sangat tergantung dengan tingkat pemahaman orang tua atau wali murid akan kondisi anaknya, baik tingkat kecerdasan, tingkat pemahaman maupun sifat dan tingkah laku anak sehari-hari.
Mulailah sejak dini
Peran orang tua dalam membantu proses belajar anak sebaiknya dilakukan sejak dini. Sejak anak mulai memasuki jenjang pendidikan pra sekolah anak seharusnya sudah dibiasakan untuk belajar di rumah dan mengisi waktu luangnya untuk belajar. Bermain sebagai bagian dari dunia anak tentu saja tidak akan dihilangkan begitu saja, tetapi akan diwujudkan dalam suatu metoda belajar sambil bermain. Untuk anak usia pra sekolah dan SD belajar sambil bermain merupakan metoda belajar yang efektif, selain pemberian materi pelajaran secara langsung. Penerapan metoda belajar sambil bermain biasanya dalam bentuk permainan yang bersifat ilmiah, percobaan-percobaan ilmiah atau kunjungan-kunjungan seperti ke kebun binatang, perpustakaan, museum dan lain sebagainya.
Budayakan kebiasaan membaca buku di tengah keluarga
Salah satu kunci sukses siswa dalam belajar adalah senang dan banyak membaca buku, karena buku paket pelajaran dan buku-buku tambahan dari luar harus dibaca. Apabila siswa senang dan banyak membaca buku yang berhubungan dengan materi pelajarannya, biasanya penguasaan terhadap suatu materi pelajaran lebih optimal sehingga siswa tidak akan menemui kesulitan jika harus menghadapi setiap evaluasi hariannya di rumah.
Kelompok belajar siswa (klub studi)
Para remaja biasanya senang berkelompok dan membentuk geng-geng. Ada yang berdasarkan sekolah, kelas, atau geng di luar sekolah seperti geng motor, grup musik dan lain-lain. Alangkah baiknya bila sekolah, guru dan orang tua bekerjasama mengarahkan semangat untuk berkelompok ini dengan membentuk program kelompok belajar siswa (klub studi) dengan anggota kelompok adalah para siswa yang dipilih berdasarkan kelas, lokasi rumah dan pembagian porsi siswa menurut tingkat kecerdasannya. Di bawah pengawasan sekolah, guru dan orang tua, para siswa diharapkan menjalankan program belajar di luar rumah bersama-sama dengan kelompoknya di hari-hari tertentu. Sekolah dan guru bisa membimbing dan mengarahkan para siswa dengan memberikan materi tugas yang harus di selesaikan dalam tenggat waktu tertentu, dan pengawasannya bisa diserahkan kepada orang tua masing-masing. Dengan cara berkelompok seperti itu semangat siswa untuk mengulang pelajaran di luar rumah akan termotivasi, dan bagi siswa yang secara ekonomi kurang mampu atau secara intelejensi kurang memadai bisa dibantu oleh temannya yang lebih mampu. Juga secara sosial pengaruh pergaulan remaja yang cenderung hura-hura bisa dihindari dan apabila kelompok belajar ini lebih dikembangkan lagi kegiatannya, mungkin bisa diselenggarakan suatu kegiatan yang bersifat kompetitif di sekolah misalnya lomba seni, pertandingan olah raga atau pertandingan kecerdasan antar kelompok dan kelas. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar