Senin, September 01, 2008

Kantong Kresek Bermerek Memang Lebih Sreg

Pernah dimuat di Wikimu pada Kanal Opini, Sabtu 24-05-2008 06:36:50

Mengamati perilaku manusia memang sering mengasyikan. Bukan untuk digosipkan, tapi untuk dianalisa dan difahami. Salah satu contoh adalah perilaku sebagian orang yang senang membawa-bawa barang di dalam kantong kresek, kantong kertas, tas kertas, tas kulit, atau berbagai jenis barang-barang yang biasanya bertuliskan nama toko terkenal, merek suatu produk terkenal dan bergengsi, nama suatu lembaga atau judul suatu acara yang bergengsi.

Barangkali di antara Wikimuers pernah melihat seseorang - biasanya wanita - yang membawa buku, alat-alat kecantikan atau beberapa barang perlengkapan kerja yang dimasukkan ke dalam tas kertas yang bertuliskan nama suatu toko yang terkenal menjual pakaian mewah dan mahal. Nah, pada suatu pagi di sebuah warung nasi saya pernah bertemu dengan seorang wanita yang kebetulan duduk di samping saya untuk menikmati sarapan pagi. Wanita itu membawa sebuah tas kertas yang bertuliskan nama sebuah toko pakaian yang terkenal menjual barang-barang mahal, dan tas tersebut diletakkannya tepat di depannya. Saya yakin tidak mungkin wanita tersebut baru datang dari berbelanja, karena pada saat itu masih sangat pagi sekali dan toko-toko belum ada yang buka. Namun untuk basa-basi dan sambil iseng saya bertanya, "Maaf, Mba. Habis belanja, ya ?" Maka wanita itu pun dengan wajah tersipu-sipu malu menjawab, "Ngga, Mas, ini mau berangkat kerja." Dan dengan sigap wanita itu pun segera menyembunyikan tas kertas bermerek yang tadinya berada di atas meja, langsung dipindahkan ke samping tubuhnya agar tersembunyi dari pandangan saya.

Ada juga pengalaman lain, yaitu mengenai seorang teman saya yang suka kemana-mana membawa tas kerja dari kulit yang bertuliskan nama sebuah acara pelatihan yang sangat terkenal karena dihadiri oleh para manager professional dan bertempat di sebuah hotel berbintang. Teman saya itu berprofesi sebagai pengajar dan tas itu memang dipergunakannya untuk membawa buku-buku dan bahan pengajaran. Tapi yang menjadi pertanyaan bagi saya - dan pertanyaan itu sangat tidak enak bila ditanyakan kepadanya - adalah apakah dia benar-benar mengikuti acara pelatihan yang tertulis di tasnya tersebut. Saya tahu acara pelatihan itu dihadiri oleh para manager dari beberapa perusahaan-perusahaan besar yang terkenal, dan - tanpa bermaksud merendahkan - sepertinya teman saya itu memang tidak mengikuti acara tersebut dan tas tersebut mungkin pemberian orang lain. Dan yang lebih anehnya lagi, tas kulit tersebut tidak pernah diganti dengan yang baru walaupun sudah sangat dekil dan koyak-koyak di sana-sini. Bahkan saya sering melihatnya - ketika bertemu saya - dia begitu bangga ketika meletakkan tas kulitnya itu tepat di samping saya


Gejala hedonisme ?

Rasa gengsi tinggi yang diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini. Lihat saja di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan bermerek dengan harga yang, wow, membuat jantung saya berdegup kencang, dimana harga selembar baju kaos (T Shirt) dengan tulisan seadanya "cuma" sebesar Rp. 250.000,-. Berdegup kencang bukan hanya karena kaget melihat harga yang fantastis tapi juga deg-degan didekati si pelayan toko, karena takut dan malu kalau ditanya, "Ada yang bisa dibantu, Pak ?" Dan saya hanya bisa menjawab, "Ngga, lihat-lihat saja."

Melihat harga-harga fantastis dari toko-toko yang biasanya menambahkan nama surf pada nama tokonya tersebut, maka menjadi maklumlah saya kenapa orang-orang menjadi begitu bangga walaupun hanya membawa kantong kreseknya kemana-mana. Dan akhirnya saya pun bisa maklum kenapa teman saya bergitu bangganya membawa tas kulit bulukannya ke mana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar